Kota Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, menargetkan zero growth stunting atau tidak ada stunting baru, sebagai salah satu langkah penurunan angka stunting di wilayahnya.
Penjabat (Pj) Wali Kota Bogor Hery Antasari di Kota Bogor, Jumat, mengatakan tahun ini capaian target penurunan stunting yaitu 1.000 anak dari 1.849 dan penurunan 2.000 risiko stunting. Pemkot pun melakukan kolaborasi pentahelix dalam upaya bersama menurunkan stunting di Kota Bogor.
“Prevalensi stunting kita belum cukup kecil, karena target kita adalah zero growth stunting atau tidak ada lagi stunting baru. Kalau masih ada stunting baru berarti kita tidak mencapai target,” kata Hery.
Keterlibatan pentahelix ini menurutnya penting untuk menggelorakan, menggerakkan kepedulian terhadap stunting, yang diimplementasikan menjadi sebuah program inovasi yang berdampak langsung kepada masyarakat.
Baca juga: Pemkot Bogor berupaya turunkan angka potensi keluarga risiko stunting
Baca juga: Angka prevalensi stunting di Kota Bogor turun jadi 18,2 persen
Hery mengatakan, keterlibatan perangkat daerah dalam melakukan intervensi mengentaskan stunting akan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat lebih baik lagi.
“Sehingga diperlukan komitmen bersama yang diimplementasikan dalam bentuk program inovasi yang kemudian bisa dijalankan,” ucapnya.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Aspem Kesra) Setda Kota Bogor, Eko Prabowo mengatakan, diperlukan komitmen yang kuat dalam upaya penurunan stunting dengan menjalankan program yang sudah direncanakan.
Eko menyampaikan, beberapa program yang sudah berjalan seperti program inovasi “Pemkot Penting Lur”, sedikit banyak sudah membuahkan hasil atas komitmen dan kesanggupan perangkat daerah dalam penanganan stunting.
Baca juga: Presiden Joko Widodo puji penanganan stunting di Kota Bogor
“Harapannya program Pemkot Penting Lur ini meningkat ditambah program inovasi lainnya sehingga dapat membawa angka prevalensi stunting Kota Bogor tahun 2024 menurun tajam, karena dari data tahun 2023 angka stunting turun dari 2.363 menjadi 1.849 atau turun 514 anak. Kemudian data dari Dinkes dari hasil penimbangan tahun 2023 turun 0,5 persen dari 2,3 persen,” paparnya.