Jakarta (ANTARA) - Panggung Maestro III merupakan pergelaran kesenian tradisi persembahan Yayasan Bali Purnati bekerja sama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang penghormatan kepada para seniman.
"Marilah kita menjaga maestro, melangkah ke depan. Ini adalah sebuah pekerjaan yang berat untuk kami dari Bali Purnati bekerja sama dengan Bumi Purnati dan Taut Seni. Kami berjalan dan menjaganya," ujar Dewan Artistik Panggung Maestro Restu Imansari Kusumaningrum, dalam keterangan tertulisnya, Jumat.
Restu berharap pekerjaan yang berat ini adalah mandat dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga permohonan dari kawan-kawan di seluruh Nusantara mendapat dukungan di dalam menegakkan daya cipta dan perkembangan peradaban kebudayaan Indonesia untuk jangka panjang.
Kesenian tradisional seperti tari, musik, teater, dan tradisi lisan tambah Restuc merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki setiap daerah di Indonesia.
"Panggung Maestro adalah sebuah pernyataan (bukan pengukuhan) penghormatan kepada para seniman yang telah mengalirkan energi seni-budaya yang didapat dari para pendahulunya kepada kita generasi penerusnya. Energi adalah daya hidup, semacam sukma, bukan benda mati.
Tapi sukma hanya ada jika raga terjaga. Pernyataan ini adalah niat, semacam janji, untuk kita menjadi pewaris aktif dengan memelihara dan memupuk energi itu, hingga akan lahir buah dan biji yang membekali pertumbuhan budaya seterusnya," jelas Endo Suanda, Dewan Artistik Panggung Maestro
Panggung Maestro pertama kali diselenggarakan pada Juli 2023 dan akan hadir ketiga kalinya pada Maret 2024 ini dalam Teater Wahyu Sihombing di Taman Ismail Marzuki.
Panggung Maestro kali ini menghadirkan maestro kesenian dari dua daerah yaitu Kalimantan Selatan yang menampilkan Ladon, Wayang Topeng Banjar, Wayang Kulit dan Jambi yang menampilkan Tari Kain Kromong, Tari Betauh, Tari Kelik Lang, Tradisi Lisan Bejolo, dan Tari Dana Syarah.
"Sungguh suatu hal yang sangat membahagiakan sekaligus mengharukan, manakala di dalam Panggung Maestro ini kita mendapat kesempatan dipertemukan dengan para penari yang berusia di atas 70 tahun bahkan ada yang sudah melebihi 90 tahun, namun masih berkarya. Lama rentang waktu yang dijalani di bidangnya bukan main-main.
Konsep wiraga, wirama, serta wirasa sudah jauh dilampauinya, dan yang mampu ada dan selalu ada adalah "kasunyatan" yg senantiasa bersemayam di dalam tubuhnya...dan itulah sejatinya," ujqr sang Maestro. - Sulistyo Tirtokusumo, Dewan Artistik Panggung Maestro
“Sang Maestro tak pernah renta. Kakinya di Bumi, Lambaiannya tinggi sampai ke langit," ujarnya.
Mendukung Panggung Maestro III diselenggarakan pula sebuah forum berjudul “Panggung Wacana” untuk mengartikulasikan nilai-nilai di balik layar yang mungkin tidak terungkap dalam pementasan.
Dengan topik besar kali ini yaitu ‘Akulturasi Budaya’, kita akan menguak sejarah perpaduan budaya yang terjadi hingga melahirkan budaya dan kesenian masa kini di Kalimantan Selatan dan Jambi.
Narasumber yang akan berbicara dalam forum kali ini adalah Mukhlis Maman, DRS (mantan Pamong Budaya Madya Kalimantan Selatan) dan Dr. Sri Purnama Syam, SST,.M.Sn (peneliti budaya dari Jambi) dengan panduan moderator kompeten Keni Soeriaatmadja. Kedua pegiat seni yang telah mendampingi perjalanan para Maestro ini akan berbagi pengetahuan yang jarang diangkat dalam media-media untuk diteruskan oleh kaum muda masa kini.
Panggung Wacana (GRATIS)
Jumat, 8 Maret 2024
Pukul 09:30 - 11:30
Pendaftaran via: bit.ly/panggungwacana
Panggung Maestro, 2024
Jumat, 8 Maret 2024 Pukul 20:00 - selesai
Sabtu, 9 Maret 2024
Pukul 15:00 - selesai & pukul 20:00 - selesai
Panggung Maestro III 2024 beri penghormatan pada seniman
Jumat, 8 Maret 2024 9:54 WIB
Marilah kita menjaga maestro, melangkah ke depan.