Jakarta (Antara Megapolitan) - NU Online dan INFID menggelar lomba penulisan esai dan multimedia berupa video iklan layanan masyarakat kampanye Islam ramah, moderat, dan damai.
Pemimpin Redaksi NU Online Achmad Mukafi Niam, di Jakarta, Selasa, mengatakan lomba itu digelar untuk meningkatkan konten damai di dunia maya.
"Konten damai ini sangat penting untuk menanggulangi dan mencegah semakin merebaknya narasi-narasi ekstremisme di media sosial dan di dunia maya secara luas," kata Niam.
Ia menilai selama ini dunia maya digunakan sebagai alat paling strategis untuk menyebarkan narasi-narasi ekstremisme, terutama kepada anak-anak muda yang sebagian besar pengguna media sosial.
"Narasi-narasi ekstremisme ini berdampak pada munculnya tindakan terorisme sebagai akibat dari pemahaman agama yang cenderung eksklusif atau tertutup," kata dia.
Selain itu, media sosial sebagai basis penyebaran radikalisme juga digunakan sebagai alat propaganda oleh kelompok radikal, termasuk oleh kelompok ISIS.
"Bahkan pada tahun 2014, sebanyak 50.000 akun media sosial radikal mereka ciptakan sebagai alat penyebar propaganda dan ketakutan-ketakutan kepada masyarakat dunia dengan mengunggah kekejian-kekejian mereka," uangkap Niam.
Direktur Eksekutif INFID Sugeng Bahagijo mengatakan penanggulangan atau pengurangan intoleransi di Indonesia lebih efektif jika masyarakat dan warga ikut serta secara aktif.
"Masyarakat memiliki ide-ide dan solusi-solusi, dan lebih dari itu memiliki energi yang positif untuk bisa mengimbangi dan melawan intoleransi dan ekstremisme," katanya.
Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini mengungkapkan sebuah penelitian yang dilakukan The Pew Research Center menyebutkan empat persen atau sekitar 10 juta orang Indonesia mendukung ISIS.
"Ini jumlah yang besar sekali yang membuktikan bahwa Indonesia berada pada pusaran radikalisme global," ujar Helmy.
Lomba esai dan multimedia bertema Islam Damai, Bhinneka Tunggal Ika, dan Kewarganegaraan itu dilaksanakan pada 10 Oktober hingga 31 Desember 2016 dengan juri Mohamad Sobari, Alissa Wahid, Abdul Munim DZ, Savic Ali, Inayah Wahid, dan Daniel Rudi.