Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah salah satu upaya baik dalam menangani satu dari tiga isu kesehatan yakni kecukupan gizi, polusi udara, dan sanitasi.
"Kalau saya sebagai Menteri Kesehatan, terima kasih Pak Dadan (Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana), karena buat kami di kesehatan, banyak masalah di luar kesehatan yang membuat saya senang kalau masalahnya bisa turun," kata Menkes Budi ketika ditemui di Jakarta, Kamis.
Dia mencontohkan selain pemenuhan nutrisi baik oleh BGN, langkah-langkah dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mengurangi polusi dapat membuat udara lebih bersih dan meningkatkan status kesehatan.
"Kalau misalnya Menteri PU, sanitasinya bersih, saya juga akan lebih senang. Infeksinya, bakterinya kurang," ujar Menkes.
Baca juga: Menu MBG bisa gunakan panduan Isi Piringku
Baca juga: Pemprov Jabar anggarkan Rp1 triliun untuk laksanakan Program MBG selama setahun
Dia menyebutkan penyelesaian ketiga isu kesehatan tersebut di luar otoritas pihaknya, sehingga dia mengapresiasi apabila pihak-pihak lain turut berkolaborasi sehingga kesehatan publik dapat meningkat.
Menkes mendukung pelaksanaan Program MBG dan apabila terdapat kekurangan dalam pelaksanaan program, hal tersebut dapat dimaklumi karena baru berjalan pertama kali, dan dapat diperbaiki pada kemudian hari.
Sebelumnya BGN resmi memulai Program MBG per Senin (6/1). Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat (Humas) BGN RI Lalu Muhammad Iwan Mahardan menyampaikan para siswa sekolah menjadi prioritas pertama pemberian makan bergizi gratis pada Januari 2025.
Baca juga: Ahli sebut buah dan sayur penting dalam MBG karena siswa di Indonesia rentan anemia
Pemengaruh kesehatan dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dr. Tan Shot Yen mengatakan pada Kamis (8/1) menu yang disajikan dalam program itu dapat menggunakan panduan "Isi Piringku" dari Kemenkes guna menentukan lauk dan porsi yang tepat bagi anak-anak
Tan mengatakan dalam menjalankan Program MBG pada anak-anak, pemerintah perlu memahami konsep dari makanan sehat, artinya memiliki bentuk dan cita rasa yang semakin dekat dengan bentuk asli di alam.
Adapun arti dari makanan seimbang yakni kebutuhan makronutrien anak dapat terpenuhi. Contohnya karbohidrat, protein, dan lemak.
Dia juga menyoroti perlunya memperhatikan budaya atau preferensi makan anak-anak guna mencegah risiko sampah makanan (food waste). Dia mencontohkan anak-anak di Indonesia bagian timur tidak lagi makan papeda atau sagu, namun nasi kuning seperti orang Pulau Jawa.