Cirebon (ANTARA) - Di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, jumlah kalangan difabel yang bekerja meningkat signifikan dalam dua tahun terakhir.
Data Forum Komunikasi Difabel Cirebon (FKDC) menunjukkan, sebanyak 293 difabel telah terserap di dunia kerja pada 2024, dibandingkan hanya 93 orang pada 2023. Peningkatan ini didorong oleh regulasi yang menjamin hak difabel serta kolaborasi aktif antara komunitas, pemerintah daerah, dan pelaku industri.
Ketua FKDC Abdul Mujib menuturkan difabel fisik hingga tuli telah ditempatkan di berbagai sektor, termasuk minimarket, industri sepatu, alas kaki, hingga tekstil.
Kolaborasi yang dilakukan FKDC dengan pemerintah daerah, misalnya, melalui pelatihan berbasis gender, equity, disability, and social inclusion (GEDSI) sejak awal 2024. Kegiatan tersebut mempertemukan lebih dari 50 perusahaan dengan komunitas difabel.
Melalui pelatihan tersebut, perusahaan mulai dikenalkan pada potensi tenaga kerja difabel. Pemahaman mengenai spesifikasi kemampuan difabel terus ditingkatkan, sehingga keraguan untuk merekrut difabel dapat diminimalkan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Disabilitas semakin mempertegas hak difabel untuk mendapatkan pekerjaan. Regulasi ini mengharuskan perusahaan memberikan peluang yang setara, sekaligus menjadi dasar dalam menciptakan lingkungan kerja inklusif.
Alun-alun Kecamatan Lemahabang di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, berubah menjadi pusat perayaan inklusivitas pada awal Desember 2024. Orang-orang berkumpul di sana untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional.
Lukisan mural bertuliskan “Tidak Ada Manusia Cacat, yang Ada Manusia Malas” seolah menggambarkan semangat kelompok difabel di Cirebon yang menggaungkan semangat kesetaraan dan mendobrak keterbatasan.
Di tengah keramaian itu, seorang lelaki bernama Alif Irawan memperhatikan beberapa mural yang sudah terbentuk. Pemuda ini terlihat canggung, meski senyum tak lepas dari wajahnya.
Sebagai seorang tuli, Alif awalnya ragu. Mampukah ia bekerja di pabrik yang memproduksi kabel kendaraan? Berkat pelatihan khusus dan dukungan fasilitas ramah difabel, pemuda asal Cirebon itu sudah memantapkan semangatnya untuk terjun ke sektor industri.
Sri Rahayu pun mendapatkan kesempatan sama untuk magang di pabrik. Sri Rahayu mengaku lingkungan kerja yang inklusif membuat proses adaptasinya di pabrik itu menjadi lebih mudah, bahkan, para pekerja di lingkungan tersebut mau belajar bahasa isyarat sehingga membantunya untuk berkomunikasi.
Kisah Alif dan Sri adalah bagian dari upaya dari perusahaan di Cirebon itu untuk memberikan kesempatan kerja bagi difabel.
Menurut Advisor PT Dharma Electrindo Manufacturing Dedi Setiadi, melibatkan difabel di industri manufaktur bukanlah perkara mudah. Namun, hasil yang mereka tunjukkan membuktikan bahwa peluang ini layak diberikan.
Dinas Ketenagakerjaan Cirebon mengoptimalkan fungsi Unit Layanan Disabilitas (ULD) untuk meningkatkan keterlibatan kelompok difabel di dunia kerja.
Kepala Disnaker Kabupaten Cirebon Novi Herdianto menyebutkan sejak program ini digulirkan, serapan tenaga kerja kelompok difabel di Kabupaten Cirebon menunjukkan peningkatan signifikan.
Optimalisasi ULD dilakukan melalui berbagai kegiatan, termasuk pelatihan keterampilan, pemberdayaan, serta kerja sama dengan tujuh komunitas disabilitas di daerah itu.
Baca juga: Kakak beradik penderita lumpuh di Lebak Banten butuh bantuan pengobatan
Baca juga: BKKBN tekankan pentingnya pelibatan penuh difabel dapat wujudkan Indonesia yang inklusif