Depok (ANTARA) - Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Konsulat Jendral Kedutaan Besar Amerika Serikat Surabaya menggelar workshop yang mengajak pemilih muda untuk perangi disinformasi di Tahun Pemilu 2024.
“Studi yang dilakukan oleh Standford Graduate School of Education (2016) dan Common Sense (2017) menemukan bahwa para pemuda di Amerika Serikat mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi sebuah kebenaran dari misinformasi seputar politik," kata Kordinator Media Program Workshop Devie Rahmawati, dalam keterangannya, Senin.
Berbekal studi tersebut kata Devie, Standford bersama MIT kemudian mengembangkan pelatihan gratis (Civic Online Reasoning) bagi anak muda agar memiliki ketrampilan mengenali berbagai informasi, ini terbukti cukup membantu para generasi digital ini.
Oleh karenanya belajar dari berbagai inisiatif di negara lain, maka Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Konsulat Jendral Kedutaan Besar Amerika Serikat Surabaya menggelar workshop bertajuk “Building Youth Resilience and Participant during The Political Year” yang menyasar 500 pemilih muda usia 17-20 tahun di 8 kota di Indonesia.
Seri keempat workshop ini, bertempat di Kampus FTI Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, yang menghadirkan fasilitator Rini Darmastuti (UKSW), Lintang Ratri Rahmiaji (Undip), Liliek Budiastuti Wiratmo (Undip), Ade Irma Sukmawati (UTY), Indah Wenerda (UAD) dan Desy Erika (Stikom Semarang).
Workshop kali ini, peserta yang hadir berasal dari berbagai perguruan tinggi di Semarang, Salatiga, Boyolali, dan Yogyakarta antara lain Universitas Diponegoro, Universitas Islam Sultan Agung, Stikom Semarang, Universitas Boyolali, Universitas Teknologi Yogyakarta dan Universitas Kristen Satya Wacana.
“Acara ini digagas karena disinformasi atau hoax menjelang pemilu di internet cukup tinggi, sehingga perlu mengajak pemilih muda agar kritis, cerdas, dan tangguh memerangi disinformasi. Untuk itu, program ini mengusung tagline “Yang Muda, Yang Cerdas Memilih” seru Ni Made Ras Amanda, Project Manager kegiatan tersebut.
“Pemilih pemula memiliki modal besar untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu. Harapannya para pemuda tidak hanya pasif, tapi juga bisa menggunakan kemampuan kritis dan produktif dalam bermedia digital sehingga mereka bisa berpartisipasi aktif dalam demokrasi di Indonesia,” jelas Novi Kurnia, Kordinator Japelidi.
Para peserta workshop diajak memahami empat topik utama, yaitu bagaimana menghadapi misinformasi, memilih sumber informasi yang valid, memilih media yang dapat dipercaya, melaporkan konten negatif, dan ditutup dengan materi untuk membuat konten positif di Internet. Dalam workshop ini, berhasil diproduksi 10 media pembelajaran video sehingga diharapkan mampu memperkaya kuantitas dan kualitas konten positif di media digital, khususnya yang ditujukan untuk sosialisasi pada pemilih muda.
“Upaya mendorong produksi konten video literasi adalah counter produktif kritis terhadap konten-konten negatif sekaligus upaya partisipatif edukasi terhadap hoaks politik. Saat ini kita memasuki era prosumer, alih-alih ketakutan menghadapi banjir konten negatif, lebih baik fokus pada produksi konten positif, semoga dapat lebih efektif jika datang dari yang muda kepada yang muda," demikian Lintang Ratri, salah satu fasilitator.
Baca juga: Pemerintah pastikan penyelenggaraan Pemilu 2024 dilaksanakan sesuai jadwal
Baca juga: Ma'ruf Amin: Jangan jadikan tempat ibadah dan pendidikan lokasi kampanye Pemilu 2024
Japelidi-Konjen Kedubes AS Surabaya gelar workshop pemilih muda
Senin, 27 Maret 2023 14:01 WIB

Kegiatan workshop bertajuk “Building Youth Resilience and Participant during The Political Year” yang menyasar 500 pemilih muda usia 17-20 tahun di 8 kota di Indonesia. (ANTARA/Foto: istimewa)