Bogor (Antara Megapolitan) - Guru Besar Tetap Departemen Teknik Mesin dan Biosistem FATETA IPB, Prof Armansyah Halomoan Tambunan mengatakan, krisis energi yang saat ini dirasakan di Indonesia tidak terlepaska kesalahan perencanaan yang berawal dari lemahnya pemahaman terhadap konsep energi.
"Salah satu kesalahan yang telah terjadi adalah ketergantungan terhadap energi fosil," katanya dalam acara bincang dengan wartawan pra orasi ilmiah guru besar IPB, di Kampus IPB Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Ia mengatakan, negeri merupakan salah satu infrastruktur yang sangat penting untuk mendukung pembangunan, termasuk pembangunan pertanian.
"Perencanaan energi yang baik dan tepat merupakan syarat penting tercapainya rencana pembangunan nasional," katanya.
Sesuai dengan konsep energi, lanjut dia, berdasarkan hukum Termodinamika pertama yang menyatakan energi bersifat kekal sehingga istilah "krisis energi" tidak dapat diterima secara ilmiah karena jumlah energi akan selalu tetap dan semestinya dimengerti sebagai "krisis akan energi berguna" atau "krisis Eksprsi".
Ia menjelaskan, tiga hal yang perlu dipahami dari hukum termodinamika yakni, tidak semestinya perencanaan energi didasarkan pada salah satu bentuk energi, termasuk energi fosil.
"Kerja dan panas, merupakan cara dan alat untuk mempertuhankan atau memindahkan energi adalah yang justru diperlukan dan dapat diperoleh tanpa tergantung pada bentuk energi yang dipertukarkan," katanya.
Kedua, lanjut dia, jumlah kerja dan panas yang dihasilkan dari mengubah energi tersebut tergantung pada jalannya proses, sehingga yang harus dikembangkan adalah mencari proses dan alat terbaik.
"Hal ini dapat dilakukan dengan analisis energi,"katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, poin ketiga yakni konversi suatu bentu energi ke bentuk lainnya ditujukan untuk meningkatkan nilai kalor (hentinya value) sehingga dapat mencapai atau melebihi nilai kalor yang dikandung oleh energi fosil, abadi bahkan melebihinya.
Menurutnya, pertanian berperan ganda sebagai pengguna dan penghasil energi, khususnya dalam bentuk biomassa. Sebagai pengguna energi, analisis keseriusan di pertanian dapat dilakukan mulai dari energetika sistem biologik hingga ke penanganan pascapanen dan pengolahan hasilnya.
"Energi sangat berperan meningkatkan produktivitas pertanian, sedangkan penyediaan energi untuk pertanian masih rendah," katanya.
Ia menambahkan, perencanaan energi untuk sektor pertanian perlu dilakukan sesuai dengan pemahaman tersebut.
Melalui orasi ilmiahnya, berjudul "Energi dan Eksergi Pertanian: Perspektif Termodinamika dan Pemanfaatan Energi Terbarukan", yang disampaikan Sabtu (28/2) mendatang, Prof Armansyah menekankan peningkatan efektivitas penggunaan energi untuk pertanian.
"Argumen ilmiah atas pemanfaatan energi terbarukan secara efektif perlu terus dikembangkan melalui pemahaman yang untuh mengenai energi, khususnya dari sisi termodinamika," katanya.
Krisis Energi Akibat Kesalahan Perencanaan
Kamis, 25 Februari 2016 20:39 WIB
Salah satu kesalahan yang telah terjadi adalah ketergantungan terhadap energi fosil.