Bogor (Antara) - Penelitian mengenai khasiat daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) sebagai peningkat produksi air susu mendapat pengakuan internasional dan masuk dalam salah satu chapter di buku pegangan "Handbook of Dietary and Nutritional Aspects of Human Breast Milk" yang diterbitkan di Belanda.
"Saya mendapat undangan untuk mengisi buku ini pada 2011, dan buku ini baru diterbitkan 2013 ini di Netherland," kata Drh. Rizal Damanik, MRepSc, PhD, Dosen Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB), dalam jumpa wartawan di ruangan PSP3, Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Jumat.
Undangan penulisan tentang penelitian daun torbangun ia terima dari editor Handbook of Dietary and Nurtitional Aspect of Human Breast Milk, Professor Victor R Preedy.
Hasil penelitian Rizal dipaparkan dalam buku yang terdiri dari 48 bab yang diisi oleh sejumlah peneliti kesehatan dari beberapa negara seperti Ceko dan negara lainnya.
Penelitian mengenai khasiat daun torbangun sebagai penambah produksi ASI telah dilakukan oleh dosen penerima penghargaan terbaik kedua dari Kementerian Pendidikan Nasional tersebut sejak 2001.
Ia menjelaksan, torbangun adalah sebutan lokal di kalangan masyarakat Batak untuk tanaman yang dalam bahasa latin disebut Coleus amboinicu Lour.
Terdapat 200 spesies tanaman Coleus di alam. Tanaman tersebut termasuk jenis tanaman perdu (semak belukar) yang dapat dijumpai di berbagai kawasan tropis baik di Asia, Australia, Afrika maupun Amerika.
Pemanfaatan tanaman coleus sangat bervariasi. Selain sebagai tanaman hias, di berbagai kawasan Asia dan Afrika tanaman tersebut banyak dimanfaatkan untuk tujuan kesehatan dan pengobatan, antara lain untuk mengobati penyakit asma, batuk, sariawan, tonikum maupun untuk mengobati racun akibat gigitan ular.
"Hanya masyarakat Batak di Provinsi Sumatera Utara, khususnya wanita yang sedang menyusui, memiliki tradisi dan keyakinan bahwa dengan mengonsumsi sayur torbangun akan meningkatkan produksi air susu karena bersifat sebagai laktagogum," ujar Rizal.
Ia menyebutkan, sayur torbangun mulai dikonsumsi oleh wanita Batak tepatnya di daerah Simalungun sejak hari pertama melahirkan dan berlangsung selama 30 hari.
Pemanfaatan Torbangun sebagai laktagogum yang dilakukan orang Batak merupakan tradisi satu-satunya di dunia. Tidak ada suku bangsa lain di dunia yang memanfaatkan daun tersebut dengan tujuan laktagogum.
"Tradisi ini sudah berjalan sejak ratusan tahun dan sampai sekarang masih terus dipraktikkan oleh masyarakat Batak dimana pun mereka berada," ujarnya.
Hasil penelitian dosen yang juga sebagai Ketua Program Studi Pascasarjana Bidang Gizi Masyarakat IPB, menyimpulkan bahwa tradisi masyarakat Batak ini baik dan benar.
Produksi ASI ibu menyusui yang mengonsumsi sayur torbangun lebih banyak secara nyata dibandingkan produksi ASI ibu menyusui yang mengonsumsi Moloco+B12 (laktagogum yang biasa dikonsumsi oleh ibu menyusui di kota-kota besar di Indonesia) atau Fenugreek yang merupakan laktagogum di negara Eropa/Amerika.
Konsumsi sayur torbangun tidak hanya memberikan efek positif bagi kesehatan ibu menyusui akan tetapi juga bagi bayi yang disusui oleh ibu yang mengonsumsi sayur torbangun.
"Hal ini tercermin dari beberapa indikator seperti berat badan, lingkar kepala, lingkar dada dan angka kesakitan dari bayi yang lebih baik," ujarnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Rizal Damanik sejak tahun 2001 ini merupakan penelitian pertama dan satu-satunya yang dilakukan secara komprehensif yaitu: 1) dilakukan di tanah Batak dimana tradisi mengonsumsi sayur torbangun berasal; 2) menggunakan responden penelitian wanita menyusui dari suku Batak; 3) sayur yang dikonsumsi oleh responden penelitian dimasak oleh wanita Batak yang biasa memasak sayur Torbangun sesuai resep tradisional; dan 4) efek laktagogum yang diukur tidak hanya terhadap produksi ASI akan tetapi juga pengukuran terhadap status kesehatan ibu dan anak yang dilahirkan selama tiga bulan pertama kehidupan.
Setelah menyelesaikan penelitian tentang khasiat laktagogum Torbangun pada manusia di tahun 2005, Rizal Damanik bersama-sama dengan mahasiswa bimbingannya (S1/S2/S3) dan tim peneliti yang dibentuk melanjutkan penelitian khasiat laktagogum torbangun pada berbagai hewan coba seperti mencit, kambing dan babi.
Dari penelitian-penelitian tersebut berhasil diperoleh data-data yang menunjukkan konsistensi akan khasiat laktagogum tanaman torbangun.
Pada tahun-tahun selanjutnya, Rizal Damanik melanjutkan berbagai penelitian penunjang dan pengembangan torbangun, antara lain penelitian tentang cara pengolahan sayur torbangun, jenis bahan pengawet yang dapat digunakan pada sayur torbangun, jenis bahan kemasannya, dan penelitian tentang produk pangan olahan berbasis torbangun.
Khasiat torbangun yang telah diteliti meliputi tentang manfaatnya sebagai anti hipertensi, pengendali kolesterol maupun sebagai analgesic (pengurang rasa nyeri) pada penderita PMS (pre-menstruation syndrome).
Rizal juga sudah mengembangkan konsumsi daun torbangun sebagai produk industri dalam bentul sereal, minuman hebal, tablet serta sayuran kaleng yang diberi bahan pengawet alami.
Menurut Rizal, penelitian yang secara konprehensif tersebut membuat kajian ilmiah torbangun masuk dalam "Handbook of Dietary and Nutritional Aspects of Human Breast Milk" yang diterbitkan di Belanda.
Berbagai data hasil penelitian tentang Torbangun tersebut selain telah dipresentasikan oleh Rizal Damanik pada berbagai forum ilmiah, baik di luar maupun di dalam negeri, juga telah dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah baik di luar mapun dalam negeri.
Torbangun masuk dalam "handbook" kesehatan internasional
Jumat, 22 November 2013 18:49 WIB
"Hanya masyarakat Batak di Provinsi Sumatera Utara, khususnya wanita yang sedang menyusui, memiliki tradisi dan keyakinan bahwa dengan mengonsumsi sayur torbangun akan meningkatkan produksi air susu karena bersifat sebagai laktagogum,"