Cikarang, Bekasi (ANTARA) - Pihak-pihak terkait di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat sepakat mencegah paham radikalisme menyebar di wilayahnya melalui penandatanganan nota kesepahaman unsur pimpinan daerah setempat.
"Saya, Pak Kapolres, Pak Kajari, Ketua MUI, dan Kepala Kemenag telah menandatangani MoU sebagai bentuk komitmen dan dukungan kami atas upaya pemberantasan paham radikalisme," kata Bupati Bekasi, Eka Supria Atmaja di Cikarang, Minggu.
Dirinya mengapresiasi upaya Polres Metro Bekasi yang telah menginisiasi penandatangan nota kesepahaman tersebut pada Jumat (26/07) lalu sekaligus mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan ini.
"Ini merupakan hal positif dan saya berharap semoga dengan adanya kesepahaman ini semua dapat bekerjasama dan bersinergi dalam mencegah paham radikalisme," tambahnya.
Baca juga: Polda Jabar tangkal paham radikalisme masuk ke sekolah
Dukungan penuh pemerintah daerah akan diberikan khususnya dalam hal pemberian pemahaman ataupun penyuluhan kepada masyarakat dalam mencegah paham radikalisme.
"Mulai dari tingkat kecamatan, desa hingga RT/RW kita gencarkan sosialisasi atau penyuluhan cegah radikalisme," ujar dia.
Kapolres Metro Bekasi, Kombes Pol Candra Sukma Kumara mengatakan akan melakukan sosialisasi pencegahan paham radikalisme dan terorisme dengan memberikan edukasi ke masyarakat berupa penyuluhan.
"Kita akan masuk ke sekolah-sekolah terutama memang yang banyak menjadi target adalah anak sekolah yang memang rasa ingin tahunya lebih besar. Kemudian nanti kita akan membentuk satu tim atau satgas yang akan road show memberikan penyuluhan," ucapnya.
Baca juga: Sekitar 1.600 konten radikalisme ditutup
Menurutnya, penyuluhan tersebut dalam rangka meningkatkan wawasan dan pemahaman para pelajar tentang paham dan aliran yang dapat membahayakan pertumbuhan generasi muda.
Selain itu juga sebagai langkah strategis dalam upaya untuk menangkal dan membentengi diri dari paham radikalisme.
"Saya berharap generasi muda khususnya kalangan pelajar akan lebih waspada terhadap ancaman dari luar dan juga sebagai modal untuk memahami lingkungan sehingga tidak mudah terpengaruh dengan adanya aliran radikal," kata Candra.