Depok (Antara Megapolitan) - Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk mengatakan pencegahan terhadap bahaya radikalisme sudah harus lebih keras lagi, karena telah terbukti aksi radikalisme meningkat setiap tahun.
"Proses radikalisasi setiap tahunnya mengalami kenaikan antara 2-3 persen. Ini yang harus diantisipasi serius oleh pemerintah," kata Hamdi dalam dialog interaktif dengan tema "Radikalisme dan Terorisme dalam Perspektif Psikologi Sosial" di Universitas Indonesia, Depok, Senin.
Hamdi mengatakan masalah radikalisme dan terorisme tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial, politik, ekonomi dan budaya di mana ideologi terorisme itu tumbuh dan berkembang.
Menurutnya terorisme merupakan hasil dari proses radikalisasi mulai dari level individu hingga kelompok. Pada kelompok teroris yang mengatasnamakan agama, proses tersebut meliputi praradikalisasi, identifikasi diri, komitmen dan indoktrinasi, dan ideologisasi jihad.
"Praradikalisasi merupakan interaksi antara predisposisi individu dan lingkungan," katanya.
Untuk itu, katanya, penguatan ideologi dan pemahaman agama, serta deradikalisasi harus terus dilakukan agar tidak terjadi aksi terorisme.
"Upaya deradikalisasi atau penyadaran juga harus terus ditingkatkan kepada para pelaku terorisme, baik yang masih berada dalam Lapas maupun yang berada di luar Lapas," jelasnya.
Dikatakannya bibit-bibit radikal para generasi muda yang masih mencari identitas diri gampang ditemukan sehingga tak heran di kalangan muda juga banyak yang berpikir radikal.
"Karena mereka berpikir kekerasan merupakan satu-satunya cara untuk mewujudkan cita-citanya," katanya.
Akademisi: Pencegahan Radikalisme Harus Lebih Keras
Senin, 1 Februari 2016 23:19 WIB
Proses radikalisasi setiap tahunnya mengalami kenaikan antara 2-3 persen. Ini yang harus diantisipasi serius oleh pemerintah