Jakarta (Antara) - Pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, Palestina, terdampak akibat krisis dan konflik politik di Mesir, kata Ketua Presidium Organisasi kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia dr Sarbini Abdul Murad.
"Krisis beberapa bahan bangunan seperti semen yang saat ini sangat langka, krisis gas, bensin dan solar yang terlebih dahulu menimpa Gaza, bahkan hampir-hampir beras pun sangat sulit didapat. Inilah yang terjadi hingga saat ini di Jalur Gaza," katanya kepada Antara di Jakarta, Sabtu.
Ia menjelaskan bahan bangunan berupa semen sangatlah vital dalam suatu proyek, khususnya
pembangunan RSI itu.
"Masuknya semen dari Mesir sangat terbatas melalui jalur normal," katanya.
Ditegaskan bahwa kecil kemungkinan untuk mendapatkannya seperti sebelum-sebelumnya. Bukan hanya dibatasi untuk masuknya semen ke Jalur Gaza, tetapi juga harga dinaikkan berkali lipat.
Menurut dia, harga per ton semen yang semula sebesar 400 shekel (mata uang Israel setara 0.28 dolar AS) kini menjadi 1.000 shekel.
Terowongan-terowongan yang biasa warga Jalur Gaza gunakan sebagai wasilah (perantara) kedua untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka pun hancur oleh sebab dampak dari konflik Mesir.
Untuk itu, katanya, segala usaha dilakukan para relawan RSI agar pembangunan dapat terus berjalan.
"Alhamdulillah semen bisa didapatkan walaupun tidak sejumlah target normal," katanya.
Sarbini Abdul Murad menegaskan bahwa pekerjaan dapat terus berlanjut walaupun agak sedikit tersendat oleh beberapa faktor tersebut.
"Hingga menjelang Ramadhan 1434 Hijriah para relawan tetap fokus pada pekerjaan pembangunan RSI," katanya.
Ia menambahkan jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan adalah mekanikal elektrikal (ME), pengecatan, pemasangan dinding batu alam (hajar quds), perataan jalan dan halaman RSI, pagar dinding, "main entrance" dan granolitik.
Misi membangun RSI di Gaza itu, berawal dari misi tim bantuan kemanusiaan Indonesia yang membawa bantuan obat-obatan dari pemerintah dan rakyat Indonesia untuk warga Gaza, Palestina, akhir 2008 hingga awal 2009, dipimpin dr Rustam S Pakaya, MPH yang saat itu menjabat Kepala Pengendalian Krisis (PPK) Departemen (Kementerian) Kesehatan dan Direktur Urusan Timur Tengah Departemen Luar Negeri Aidil Chandra Salim, MComm.
Delegasi sempat bertemu Utusan Khusus Sekretaris Jenderal (Sesjen) PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina (UNRWA) Duta Besar Peter Ford.
Pada Kamis (8/1/2009) pukul 21.00 waktu setempat atau Jumat pukul 02.00 WIB bantuan itu tiba di Rafah, perbatasan Mesir-Jalur Gaza, Palestina.
MER-C: RSI di Gaza terdampak krisis Mesir
Sabtu, 20 Juli 2013 21:34 WIB
Rumah Sakit Indonesia di Gaza (Ist)
