Denpasar (ANTARA) - Panitia seleksi menerapkan transparansi dalam proses penjaringan calon rektor Universitas Hindu Indonesia (Unhi) untuk periode 2026-2030.
“Pemilihan rektor kali ini, selama 43 tahun saya menjadi dosen adalah paling transparan dan demokratis, karena dilandasi statuta baru,” kata Anggota Pansel sekaligus Ketua Senat Unhi Prof Dr I Putu Gelgel di sela debat terbuka calon rektor di Denpasar, Bali, Kamis.
Dalam statuta yang baru, kata dia, senat memiliki peran dalam proses pemilihan pimpinan kampus tersebut, dibandingkan periode sebelumnya yang kewenangannya tidak terlihat.
Mengingat keran demokrasi dibuka lebar dalam proses seleksi, lanjut dia, dari 10 orang calon yang berkompetisi, saat ini menyisakan tiga orang dengan gelar akademik terakhir yakni doktor, menyisihkan calon lainnya yang mengantongi gelar akademik profesor/guru besar.
Adapun syarat minimal penjaringan calon rektor itu adalah pendidikan terakhir doktor dan berusia tidak melebihi 65 tahun.
“Rektor itu bukan jabatan akademik, tapi jabatan manajerial. Memang bagus kalau misalnya dia (calon) guru besar dan punya kemampuan kepemimpinan, itu bagus sekali, tapi dari hasil seleksi, (tiga calon) inilah hasilnya,” ucapnya.
Saat ini, tiga kandidat yang bertarung adalah Dr I Komang Gede Santhyasa, Dr Cokorda Gde Bayu Putra dan Dr I Putu Sarjana.
Ketiganya telah lolos melewati enam tahapan seleksi secara maraton pada 20-23 Oktober 2025, di antaranya deskripsi diri, studi kasus, diskusi kelompok, presentasi visi misi dan program kerja hingga tahap wawancara dengan Pansel.
Saat ini, proses memasuki debat terbuka, tiga calon rektor dan tidak ada tema khusus dalam debat itu.
Baca juga: Rektor UIN Palu sebut jangan ada nepotisme pada seleksi penerima KIP Kuliah
Baca juga: Panitia pastikan seleksi Rektor UT 2025-2030 berlangsung terbuka dan transparan
Baca juga: UI buka seleksi calon dekan fakultas dan direktur sekolah periode 2025-2029
