Karawang (ANTARA) - Sedikitnya 100 orang perempuan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat mengikuti pelatihan pemulasaraan jenazah perempuan yang digelar oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat.
Ketua MUI Karawang KH Tajudin Nur, di Karawang, Rabu mengatakan kegiatan ini dilatarbelakangi atas semakin terbatasnya tenaga pemulasaraan jenazah, terutama dari kalangan perempuan.
Ia menyampaikan selama ini tenaga yang mengurus jenazah perempuan didominasi kaum ibu yang sudah lanjut usia. Jadi diperlukan kader baru untuk mengurus jenazah perempuan.
"Mengurus jenazah dalam hukum Islam ini fardhu kifayah. Oleh karena itu MUI Karawang merasa perlu menyiapkan kader-kader baru yang terampil dan paham tata cara pemulasaraan jenazah," kata Kiai Tajudin.
Ia menekankan pentingnya pemahaman spiritual dalam prosesi pemulasaraan jenazah. Sebab mengurus jenazah bukan sekadar kewajiban sosial, tetapi juga bentuk kasih sayang terakhir kepada sesama umat Islam.
“Dalam Islam, mengurus jenazah adalah amanah mulia. Ketika seseorang bisa menuntun saudaranya di akhir hayat dengan kalimat tauhid, itu menjadi amal yang besar di sisi Allah. Kami berharap para peserta dapat menjadi penggerak dakwah dan pelayan umat di bidang sosial keagamaan, khususnya dalam pemulasaraan jenazah perempuan," katanya.
MUI Karawang, katanya, berencana melanjutkan kegiatan serupa secara berkala di berbagai kecamatan menyusul tingginya minat masyarakat dalam pelatihan pemulasaraan jenazah perempuan.
“Banyak peserta dari kecamatan lain yang belum tertampung karena keterbatasan kuota. Insya Allah kegiatan seperti ini akan terus kami adakan, terutama bagi kalangan perempuan,” katanya.
Ketua Panitia Pelaksana, Utami Maria Gono menyampaikan pelatihan pemulasaraan jenazah perempuan ini diikuti 100 orang yang semuanya perempuan.
Pesertanya berasal dari perwakilan MUI Kecamatan, organisasi perempuan dan perwakilan rumah sakit.
“Awalnya kami targetkan hanya 80 peserta, tetapi antusiasmenya sangat tinggi hingga kursi yang tersedia terisi penuh oleh 100 peserta. Harapannya, para peserta dapat menularkan ilmu yang diperoleh hari ini kepada masyarakat di wilayahnya masing-masing," kata dia.
Menurutnya, pelatihan ini meliputi teori dan praktik langsung. Dua narasumber dihadirkan, yakni Etik Nurhayati dan Neng Huriyah, yang merupakan praktisi pemulasaraan jenazah berpengalaman.
Peserta dibagi ke dalam lima kelompok untuk melakukan simulasi perawatan jenazah secara langsung.
“Kegiatan ini tidak hanya memberikan teori, tetapi juga praktik nyata. Peserta belajar langsung bagaimana tata cara memandikan dan mengkafani jenazah perempuan sesuai syariat Islam,” kata dia.
Salah satu peserta pelatihan, Ina Naseha, mengaku bersyukur bisa mengikuti kegiatan tersebut.
Menurutnya, pelatihan ini penting dalam memberikan pengetahuan praktis yang sangat bermanfaat bagi para ibu di tingkat desa.
“Saya bersyukur bisa ikut. Ini menambah ilmu dan menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu siap membantu sesama dalam urusan yang sangat mulia," katanya.
