Bengkayang (ANTARA) - Di tengah fluktuasi harga bahan bakar minyak dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, Kalimantan Barat mulai menunjukkan arah baru dalam gaya hidup hemat energi.
Dari para pelaku UMKM, ibu rumah tangga, tenaga pendidik, hingga pegawai BUMN mulai menerapkan gerakan electrifying lifestyle yang kini menjelma sebagai fondasi transformasi energi bersih yang semakin nyata di daerah ini.
Perubahan ini bukan datang dari ruang rapat atau seminar besar, tetapi justru dari dapur kecil rumah warga, jalanan kampung, ruang kelas sekolah, hingga kantor media.
Cerita-cerita kecil itulah yang kini menyatu menjadi arus besar menuju masa depan energi yang lebih efisien dan rendah emisi.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 22 September 2022 menjadi salah satu pemicu meningkatnya minat masyarakat beralih ke kendaraan listrik. Sejumlah warga di Kalimantan Barat mengakui pemanfaatan motor listrik tidak hanya mengurangi beban pengeluaran rumah tangga, tetapi juga mendukung upaya menjaga lingkungan dari polusi udara.
Kenaikan harga bahan bakar minyak yang terus terjadi membuat sebagian masyarakat mengambil langkah adaptif, termasuk para pelaku usaha kecil dan pekerja harian yang mengandalkan kendaraan untuk mobilitas intensif.
Seperti Della, ibu rumah tangga yang juga pelaku usaha kecil yang sehari-hari mengantar pesanan konsumen menggunakan kendaraan roda dua, membuat keputusan untuk beralih dari motor konvensional ke motor listrik yang memberikan dampak signifikan pada efisiensi usahanya.
Ia mengaku dapat menghemat hingga Rp280.000 per bulan setelah menggunakan motor listrik, terutama karena hilangnya kebutuhan membeli BBM dan biaya servis rutin.
“Motor listrik ini membantu sekali, pengeluaran bulanan saya jauh lebih ringan dibanding sebelumnya,” katanya di kediamannya, Senin (1/12).
Della yang juga membuka usaha toko kelontong di Jalan Parit Pangeran, Kecamatan Pontianak Utara, memutuskan beralih ke motor listrik setelah merasakan tingginya beban biaya akibat kenaikan harga Pertalite pada 2022.
Melihat kenaikan harga Pertalite, dia merasa perlu mencari alternatif yang lebih ekonomis. "Akhirnya saya memutuskan untuk beralih ke motor listrik," katanya.
Sebelumnya, Della menghabiskan sekitar Rp60.000 per minggu untuk BBM dan Rp75.000 per bulan untuk penggantian oli. Total biaya operasional kendaraan konvensionalnya mencapai Rp315.000 per bulan.
Setelah memakai motor listrik, biaya listrik untuk pengisian voucher motor listriknya hanya Rp80.000 per bulan, tanpa tambahan biaya servis berkala seperti oli atau filter. Ia pun bisa menghemat hingga Rp235.000 setiap bulannya.
"Sejak memakai motor listrik pada Oktober 2022, penghematan saya cukup signifikan. Biaya transportasi berkurang drastis, dan uangnya bisa saya alihkan untuk kebutuhan lain," katanya.
Sama halnya dengan Della, Dian Natalis Putra, guru di SMA Negeri 1 Sandai, Kabupaten Ketapang, juga mengandalkan motor listrik untuk mobilitas harian. Ia menggunakan motor listrik sejak awal 2024 dan menyebut perawatannya sangat mudah.
"Tidak perlu ganti oli atau filter udara. Cukup rutin swap baterai, langsung jalan. Hampir tidak ada perawatan bulanan," katanya.
Namun kata Dian, sejauh ini masih minimnya bengkel motor listrik di daerahnya sehingga ketika membutuhkan perbaikan, aksesnya cukup sulit. Ketersediaan sparepart juga terbatas karena tidak ada dealer resmi di Ketapang.
"Selain itu semua oke. Motor listrik mendukung lingkungan sehat tanpa polusi asap dan suara," tuturnya.
Perpindahan masyarakat ke motor listrik menunjukkan perubahan pola konsumsi energi sekaligus meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan. Selain memberikan solusi finansial yang lebih stabil di tengah ketidakpastian harga BBM, kendaraan listrik juga berkontribusi menekan emisi karbon dan polusi udara.
Dengan manfaat ekonomi dan lingkungan yang dirasakan langsung, penggunaan motor listrik diprediksi akan terus meningkat, terutama di daerah urban Kalimantan Barat yang mobilitas warganya tinggi.
Perkuat sosialisasi
Pasar motor listrik di Kalimantan Barat dinilai masih memiliki potensi besar untuk tumbuh, meski membutuhkan penguatan sosialisasi dan konsistensi kebijakan pemerintah, agar masyarakat semakin yakin beralih dari motor konvensional ke kendaraan listrik.
Kepala Dealer United Motor Pontianak, Ezza Nanda, menanggapi tren penjualan motor listrik yang fluktuatif dalam empat tahun terakhir. Minat masyarakat terhadap motor listrik sempat mencapai puncaknya pada 2023 ketika pemerintah masih memberikan subsidi pembelian hingga Rp7 juta per unit. Namun sejak subsidi dibatasi pada 2024, penjualan langsung ke konsumen (end user) turun drastis.
"Sekarang masyarakat banyak yang ragu karena arah programnya tidak jelas. Edukasi pemerintah harus diperkuat kembali supaya orang yakin bahwa transisi energi ini jalan terus," kata Ezza saat ditemui di Dealer United Motor Pontianak, Kamis (4/12).
Ia menegaskan bahwa kebijakan yang berubah-ubah membuat konsumen menahan diri, apalagi setelah demonstrasi besar pada Agustus lalu yang turut menekan minat beli. Sementara itu, pembelian dari perusahaan justru meningkat karena digunakan sebagai reward bagi karyawan atau pelanggan.
Ezza juga menyoroti pentingnya sosialisasi mengenai layanan purna jual. Banyak masyarakat masih khawatir sulit mendapatkan bengkel yang mampu menangani kerusakan motor listrik, padahal dealer resmi United Motor telah menyiapkan mekanik bersertifikat serta fasilitas perawatan dasar.
"Kekhawatiran soal servis ini harus dijawab dengan edukasi. Tidak semua bengkel berani menangani motor listrik, jadi masyarakat perlu tahu bahwa dealer menyediakan teknisi yang memang dilatih khusus," katanya.
United Motor Pontianak sebelumnya sempat bekerja sama dengan PLN Nusantara Power untuk penyediaan motor listrik bagi karyawan, tapi rencana penyediaan stasiun pengisian daya (charging station) di sejumlah titik kota belum terealisasi akibat keterbatasan anggaran. Kondisi ini, menurut Ezza, membuat ekosistem kendaraan listrik di daerah belum sepenuhnya terbentuk.
"Di Jakarta dan Bali, motor listrik hidup karena ekosistemnya jalan. Di Pontianak, kalau charging station saja belum ada, wajar masyarakat ragu," katanya.
Untuk mempertahankan pasar, dealer kini mengandalkan edukasi digital dan kemitraan dengan perbankan. Sistem penjualan menggunakan tenaga freelance juga diterapkan untuk menekan biaya operasional.
Meski begitu, Ezza menilai bahwa kebijakan pemerintah tetap menjadi kunci. Tanpa sosialisasi yang kuat dan arah program yang jelas, dealer daerah kesulitan mencapai target penjualan karena pasar rumah tangga lebih memilih motor bekas murah yang dinilai lebih terjangkau.
"Kami berharap pemerintah kembali serius mengedukasi masyarakat dan memperkuat ekosistemnya. Kalau tidak, dealer-dealer daerah juga bingung karena tetap ditargetkan ambil unit sementara minat turun," katanya.
Ia menegaskan bahwa transisi ke motor listrik bukan hanya soal harga, tetapi juga kepercayaan masyarakat. Karena itu, penguatan sosialisasi menjadi langkah mendesak agar perubahan ke teknologi ramah lingkungan dapat berjalan berkelanjutan di Kalimantan Barat.
Antara Kalbar terapkan electrifying lifestyle
Perum LKBN Antara Biro Kalimantan Barat juga mewujudkan efisiensi penggunaan energi melalui penerapan konsep electrifying lifestyle di lingkungan kantor. Konsep ini diwujudkan dengan memaksimalkan penggunaan perangkat elektronik hemat energi, termasuk peralatan pantry seperti kompor listrik, ketel listrik, dan perangkat elektronik lainnya.
Staf Administrasi LKBN Antara Biro Kalbar, Indah Lestari, mengatakan penggunaan kompor listrik menjadi salah satu langkah efisiensi yang cukup terasa manfaatnya bagi pegawai. Menurut dia, kompor listrik dinilai lebih praktis, aman, dan dapat digunakan di berbagai tempat selama tersedia aliran listrik.
"Kompor listrik lebih efisien dan bisa dibawa ke mana saja. Yang paling penting, kompor ini punya fitur timer sehingga otomatis mati setelah proses memasak selesai. Jadi bagi yang sering lupa mematikan kompor, ini jauh lebih aman," ujarnya di Pontianak, Rabu.
Dari pengakuannya, penggunaan kompor listrik juga mengurangi kekhawatiran akan risiko kebakaran yang sering dikaitkan dengan penggunaan kompor gas. Namun, ia mengakui masih ada kekurangan, terutama ketika terjadi pemadaman listrik.
Sejauh ini, ia menilai tidak terjadi peningkatan signifikan dalam konsumsi listrik kantor. Penggunaan peralatan listrik dinilai tetap hemat dan tidak membebani daya kantor yang saat ini tercatat sebesar 5.500 watt. Setiap bulan, biaya listrik yang dikeluarkan melalui pembelian voucher hanya sekitar Rp500.000.
Kepala Perum LKBN Antara biro Kalimantan Barat, Helti Marini Sipayung, menambahkan, selain penggunaan perangkat elektrik yang efisien, LKBN Antara Biro Kalbar juga menerapkan kebijakan empat hari kerja di kantor, dengan hari Jumat diberlakukan work from home (WFH). Kebijakan ini bertujuan menghemat penggunaan listrik, air, serta operasional kantor lainnya.
"Kebijakan WFH setiap Jumat sudah berjalan baik dan turut mendukung upaya efisiensi energi," kata Rini.
Penerapan electrifying lifestyle ini sejalan dengan dorongan pemerintah untuk memaksimalkan penggunaan energi listrik ramah lingkungan dan mengurangi risiko kebakaran dari peralatan berbahan bakar gas.
Antara Kalbar berkomitmen melanjutkan penggunaan perangkat elektrik hemat energi sebagai bagian dari pengelolaan kantor yang lebih efisien, aman, dan berkelanjutan.
Electrifying lifestyle kunci transformasi energi bersih
PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Kalimantan Barat (PLN UID Kalbar) menegaskan, bahwa percepatan penerapan electrifying lifestyle menjadi salah satu kunci utama keberhasilan transformasi energi bersih di Kalbar.
Melalui perubahan gaya hidup masyarakat menuju pemanfaatan energi berbasis listrik yang lebih efisien dan rendah emisi, Kalbar dinilai memiliki peluang besar menuju kemandirian energi dan mendukung target nasional Net Zero Emissions (NZE) 2060.
General Manager PLN UID Kalbar, Maria Goretti Indrawati Gunawan, mengatakan electrifying lifestyle bukan sekadar tren penggunaan perangkat listrik, tetapi strategi transisi energi yang memberi dampak langsung bagi masyarakat.
Mulai dari kendaraan listrik, kompor induksi, mesin pertanian listrik, hingga peralatan rumah tangga hemat energi, seluruhnya dirancang untuk membantu masyarakat lebih hemat biaya dan ramah lingkungan.
"Transformasi energi tidak akan berhasil tanpa perubahan gaya hidup masyarakat. Electrifying lifestyle adalah pintu masuk terpenting dan Kalbar punya peluang besar untuk memimpin," kata Maria, di Pontianak, Selasa (2/12).
Dengan pemanfaatan listrik bersih dalam aktivitas rumah tangga, transportasi, industri, hingga pertanian, Kalbar memiliki peluang yang besar untuk berada di garis depan peralihan menuju energi masa depan yang lebih efisien, murah, dan rendah emisi.
Dia mengatakan bahwa Kalbar memiliki posisi strategis dalam roadmap energi bersih nasional berkat besarnya potensi energi baru terbarukan (EBT) dan meningkatnya pembangunan infrastruktur kelistrikan di berbagai wilayah.
Menurutnya, transformasi energi tidak hanya menyangkut pengembangan pembangkit listrik ramah lingkungan, tetapi juga perubahan perilaku konsumsi energi yang lebih modern dan berdaya saing.
"Kalbar punya modal energi yang sangat kuat. Potensi PLTBio mencapai 65,7 MW, PLTM 28 MW, PLTS 448,6 MW, dan PLTA hingga 450 MW. Ini peluang besar untuk mewujudkan kemandirian energi daerah," katanya.
Meski begitu, Maria mengakui bahwa tantangan geografis, akses wilayah, dan skala ekonomi membuat perjalanan menuju energi bersih di Kalbar perlu dilakukan secara bertahap dan terukur.
Karena itu, PLN mengusung peran sebagai system integrator dalam roadmap Net Zero Emissions (NZE) 2060 melalui percepatan pembangunan pembangkit EBT, pengembangan jaringan pintar dan teknologi penyimpanan energi (BESS), pengurangan pembangkit diesel secara bertahap, hingga percepatan elektrifikasi transportasi dan industri.
Di Kalbar, PLN telah menyediakan 52 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) serta 19 Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU). Jumlah ini terus ditingkatkan untuk memastikan kesiapan ekosistem kendaraan listrik di seluruh daerah.
Upaya memperkuat keandalan energi juga ditopang interkoneksi listrik se-Kalimantan yang terus berkembang. Jaringan transmisi 150 kV, seperti jalur Sandai–Tayan yang telah beroperasi, berperan penting mengurangi ketergantungan terhadap pembangkit diesel dan memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan dari wilayah-wilayah yang memiliki produksi lebih stabil.
Maria menegaskan interkoneksi ini menjadi fondasi penting bagi masa depan energi Kalbar karena memungkinkan distribusi listrik lebih merata sekaligus menekan biaya pembangkitan di berbagai kabupaten dan kota.
Di sisi konsumsi, electrifying lifestyle dinilai menjadi akselerator paling efektif untuk mempercepat transisi energi. Perubahan gaya hidup menuju penggunaan perangkat listrik seperti kompor induksi, kendaraan listrik, mesin pertanian listrik, pompa air, hingga alat rumah tangga hemat energi, terbukti memberikan dampak langsung bagi masyarakat.
PLN UID Kalbar mencatat, pertumbuhan signifikan dalam dua tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat pada program elektrifikasi pertanian, sektor maritim, penggunaan kompor induksi, serta pembangunan PLTS mini di wilayah wisata dan pulau-pulau kecil. Dampaknya, jam operasional UMKM meningkat, biaya bahan bakar turun drastis, dan peluang usaha baru seperti cold storage produk perikanan dan pertanian semakin terbuka.
PLN juga menaruh perhatian besar pada daerah perbatasan seperti Temajok, Aruk kabupaten Sambas dan Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang yang selama ini menghadapi tantangan akses energi. Strategi percepatan dilakukan melalui pembangunan jaringan prioritas, pemanfaatan potensi lokal seperti PLTMH mikro, serta koordinasi dengan operator energi negara tetangga dalam masa transisi, sebagaimana telah dilakukan di beberapa titik perbatasan.
"Kami memastikan saudara-saudara kita di perbatasan bisa menikmati listrik yang andal, modern, dan berkualitas," kata Maria.
Peluang investasi energi terbarukan di Kalbar juga semakin terbuka, mulai dari PLTS atap dan PLTS skala besar, PLTMH mini, biomassa berbasis limbah perkebunan, hingga PLTS hybrid dengan teknologi BESS untuk wilayah terpencil dan pulau kecil. PLN menilai keterlibatan investor swasta sangat dibutuhkan untuk mempercepat diversifikasi pembangkit hijau dan meningkatkan kapasitas pasokan seiring proyeksi pertumbuhan kebutuhan energi Kalbar dalam 10 hingga 20 tahun ke depan.
Di sisi sosial, tantangan terbesar masih berkaitan dengan kebiasaan masyarakat yang terbiasa menggunakan teknologi berbahan bakar fosil yang dinilai lebih murah pada tahap awal. Selain itu, akses distribusi perangkat listrik dan layanan purna jual di daerah terpencil masih perlu diperluas.
Untuk menjawab tantangan ini, PLN menghadirkan berbagai program edukasi dan insentif, termasuk promo tambah daya, tarif pengisian kendaraan listrik yang lebih kompetitif, hingga dukungan pembiayaan bagi masyarakat yang ingin beralih ke EV atau perangkat listrik lain.
Electrifying lifestyle juga menjadi peluang besar bagi tumbuhnya UMKM baru, mulai dari bengkel kendaraan listrik, jasa instalasi perangkat listrik, penyedia layanan charging, hingga usaha pengolahan hasil pertanian berbasis mesin listrik.
Di sektor industri strategis, sejumlah smelter dan pelaku usaha di kawasan industri Kijing dan kabupaten Mempawah telah menyatakan kesiapan memperluas kerja sama pemanfaatan listrik bersih demi efisiensi dan peningkatan daya saing.
Maria menekankan, bahwa transformasi energi tidak hanya soal teknologi, tetapi peluang ekonomi bagi generasi muda Kalbar. Karena itu, ia mengajak anak muda menjadi pelopor penggunaan listrik bersih sekaligus agen perubahan dalam penguatan ekosistem energi masa depan.
"Generasi muda adalah agen perubahan. Manfaatkan peluang ekonomi dari energi bersih, kuasai teknologi, dan jadilah bagian dari perjalanan Kalbar menuju masa depan yang lebih cerah," katanya.
PLN UID Kalbar menegaskan komitmennya melaksanakan transisi energi yang adil dan inklusif, memastikan seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat listrik bersih yang andal dan terjangkau. Seluruh langkah ini merupakan bagian dari NZE Moonshot PLN, yang menargetkan pengurangan emisi secara konsisten hingga Net Zero Emission 2060.
Dia optimistis, apabila electrifying lifestyle semakin meluas, maka wajah Kalbar dalam beberapa tahun mendatang akan berubah signifikan menjadi wilayah yang lebih produktif, hijau, dan kompetitif, dengan kualitas hidup masyarakat yang kian meningkat.
