Kota Padang (ANTARA) - PLN Unit Induk Distribusi Sumatera Barat segera membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas yang jauh lebih besar untuk mengaliri air bagi kebutuhan 800 hektare sawah tadah hujan di di Nagari Tanjuang Barulak, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar.
PLTS seperti itu bisa diwujudkan setelah Universitas Andalas (UNAND) berhasil membuat prototipe pompa air untuk memenuhi kebutuhan air sawah tadah hujan menggunakan PLTS di sana.
Prototipe yang dibuat UNAND mampu memompa air pada ketinggian 100 meter dengan debit dua liter per detik. Keberhasilan ini menjadi dasar bagi PLN untuk melanjutkan praktik baik yang menyelaraskan swasembada pangan berbasis energi terbarukan.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi umbar Ajrun Karim mengatakan pihaknya telah bertemu dengan perwakilan petani di Nagari Tanjuang Barulak untuk membahas pemasangan PLTS dengan daya 100 hingga 150 KVA yang terdiri atas 36 lembar panel surya. Dengan daya sebesar itu, maka air bisa dipompa dari jarak tiga kilometer melewati perbukitan setinggi 200 meter, serta mampu menghasilkan 150 hingga 200 liter air per detik.
Dari hasil kajian dan riset lapangan yang dilakukan tim PLN, sungai terdekat dari Nagari Tanjuang Barulak mempunyai debit air sekitar 4.000 liter per detik. Sementara, yang dibutuhkan hanya 150 hingga 200 liter per detik. Artinya, ketersediaan air sudah sangat mencukupi untuk mengaliri sawah di desa itu.
Ajrun mengatakan, gagasan pembuatan PLTS untuk pompanisasi tersebut lahir dari permasalahan petani sawah tadah hujan di Nagari Tanjuang Barulak. Selama puluhan tahun, mereka hanya bisa melakukan satu kali penanaman, yakni ketika musim penghujan.
Bila musim kemarau tiba, bisa dipastikan petani tidak bercocok tanam karena tidak ada suplai air. Dalam penghitungan, jika PLTS berhasil, maka petani punya dua hingga tiga kali masa tanam dalam setahun.
PLN sebagai salah satu perusahaan milik negara yang bergerak pada bidang energi mencoba mencarikan solusi konkret agar petani tidak lagi bergantung pada musim hujan sehingga produksi padi di daerah itu tetap bisa terjaga.
Semangat dalam mendorong swasembada pangan ini juga sejalan dengan swasembada energi serta program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto khususnya poin kedua tentang kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau dan ekonomi biru.
Kemudian poin keempat tentang pembangunan sumber daya manusia, sains, teknologi dan poin keenam pemberantasan kemiskinan. Di saat bersamaan, Pemerintah Provinsi Sumbar juga sedang menggencarkan serta secara bertahap beralih pada penggunaan energi hijau dan bersih.
Pembuatan PLTS untuk kebutuhan irigasi sawah juga sudah dilakukan di daerah Talawi, Kota Sawahlunto. Contoh baik ini akan diadopsi PLN Sumbar untuk membantu mengaliri sawah masyarakat di Nagari Tanjuang Barulak, Kabupaten Tanah Datar.
Selain membangun PLTS, PLN juga mengedukasi petani dan masyarakat umum terkait penggunaan dan pemeliharaan jika PLTS dan pompanisasi ini sudah bisa digunakan secara menyeluruh. Langkah ini sangat penting agar fasilitas yang dibangun bisa dimanfaatkan secara berkesinambungan.
Gagasan PLN ini mendapat sambutan baik dari Pemerintah Provinsi Sumbar yang mendorong semua BUMN di Tanah Minang untuk berkolaborasi membuat hal serupa di kabupaten dan kota lainnya yang hingga kini masih bergantung pada air hujan.
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat di Nagari Tanjuang Barulak, Budiman, mengatakan selama ini daerah tersebut merupakan salah satu penghasil padi terbesar di Provinsi Sumbar. Namun, kini petani dihadapkan dengan keterbatasan suplai air atau hanya bisa bergantung pada curah hujan.
Inisiasi dari perguruan tinggi dan PLN diharapkan bisa menjadi harapan baru bagi masyarakat dan petani di Nagari Tanjuang Barulak untuk mengulang kembali masa keemasan sebagai lumbung padi dari Tanah Minangkabau.
Ia mengatakan masyarakat sudah sangat lama berharap adanya bantuan yang bisa menyedot air dari Sungai Batang Manganan agar bisa mengalir ke sawah-sawah. Akan tetapi, keterbatasan biaya dan sumber daya membuat harapan itu tak bisa diwujudkan sebelum PLN hadir.
"Kami di sini sangat senang dan bahagia setelah puluhan tahun menunggu akhirnya sawah bisa teraliri air menggunakan pompa bertenaga PLTS," kata Budiman.
Meskipun baru sebatas prototipe, Budiman bersama petani di Nagari Tanjuang Barulak sangat antusias karena PLN segera memasang PLTS dan pompa air agar areal persawahan mereka tidak lagi bergantung pada air hujan.
Ajrun mengatakan, rencana pembangunan PLTS terapung di Tanjuang Barulak merupakan bagian dari upaya pemerintah setelah berhasil membangun PLTS terapung berkapasitas 192 MWp di Cirata, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Pemerintah bersama PLN akan terus memaksimalkan berbagai potensi energi baru terbarukan yang ada di Ranah Minang.
Salah satu agenda besar yang sedang diupayakan ialah membangun PLTS terapung dengan kapasitas mencapai 90 Megawatt peak (MWp).
Proyek besar ini akan dikerjakan langsung oleh PT PLN Indonesia Power. Merujuk Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dan semangat transformasi, PLN akan memasifkan energi hijau dan energi bersih.
Khusus di Sumbar, terdapat beberapa pekerjaan yang sedang berlangsung maupun dalam tahap pengusulan di antaranya PLTS terapung Danau Singkarak, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) masing-masing di Muara Laboh, Kabupaten Solok Selatan, Bonjol, Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Tanah Datar. Tidak hanya itu, Ranah Minang juga sedang mengerjakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMh) di sejumlah daerah.
Namun, masyarakat Nagari Tanjuang Barulak tampaknya perlu bersabar menunggu pemasangan PLTS tersebut. Sebab, rencana awal pembangunan yang harusnya terealisasi pada Desember 2025 mesti tertunda akibat bencana hidrometeorologi yang melanda Sumbar.
PLN saat ini tengah fokus terlebih dahulu pada pemulihan arus listrik di sejumlah daerah terdampak sekaligus memberikan bantuan kepada korban bencana dalam masa tanggap darurat.
