Subang (ANTARA) - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri melepas ekspor kopi ke China di Resi Gudang Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah Desa Cisalak Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin.
"Total kopi yang diekspor ini diangkut dengan tiga kontainer, sebanyak 57,6 ton senilai 264.950 dolar AS. Jenis kopinya robusta," kata Wamendag usai melepas ekspor kopi di Subang, Senin.
Ia mengaku bangga dapat melepas ekspor kopi robusta di Subang. Diharapkan ke depan semakin banyak kopi yang ekspor dari daerah ini.
Menurut dia, sesuai dengan catatan Kementerian Perdagangan, neraca ekspor Indonesia pada 2024 mengalami surplus sebesar 31,04 miliar dolar AS. Selanjutnya pada tahun ini capaian surplusnya diharapkan meningkat, atau paling tidak sama.
Baca juga: ASEAN dan China upayakan sistem perdagangan
"Kita akan memperluas pasar luar negeri. Kita bisa ekspansi ekspor ke Uni Eropa dengan tarif nol persen, dengan Amerika Serikat yang memberlakukan tarif 19 persen menjadi peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke benua Eropa dan Amerika," katanya.
Sementara mengenai komoditas kopi, kata Wamendag, sebenarnya berpotensi untuk ekspor ke Australia dan Selandia Baru.
"Saya pernah berdiskusi dengan perdana menteri Selandia baru, membahas potensi ekspor kopi. Nah ini menjadi potensi pasar juga," katanya.
Wamendag juga menyampaikan Indonesia terus aktif di forum perdagangan internasional untuk mendorong peningkatan ekspor kopi, guna memperluas pasar dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri di kancah global.
"Kementerian Perdagangan berkomitmen untuk memberikan dukungan penuh kepada para eksportir Indonesia, khususnya kopi, melalui berbagai program dan inisiatif," katanya.
Baca juga: Wamendag tegaskan pemerintah lindungi industri padat karya dengan cari solusi terbaik
Sementara itu, Ketua Koperasi Gunung Luhur Berkah, Miftahudin Shaf mengatakan kopi robusta yang diekspor ke China kali ini sebanyak 57,6 ton. Jika diestimasi, kopi yang diekspor tersebut diproduksi oleh 30-40 petani.
"Karena produktivitas kopi di kita ini rata-rata per musim masih rendah ya, 800 kilogram sampai 1 ton," katanya.
Namun dengan adanya metode budidaya baru, sistem pagar kopi atau metode budidaya kopi di mana tanaman kopi ditanam dalam barisan yang rapat, menyerupai pagar, diharapkan produktivitas kopinya bisa meningkat.
"Dengan adanya metode baru, sistem pagar insya Allah ke depan akan memproduksi 2-3 ton kopi per musim," katanya.
Baca juga: Wamendag sebut operasi pasar pangan murah sukses tingkatkan daya beli masyarakat
Ia menyampaikan koperasi yang dikelolanya telah konsisten mengekspor lebih dari 1.000 ton kopi per tahun.
Dalam kurun waktu Agustus 2024 hingga Maret 2025, telah diekspor 960 ton kopi ke Mesir, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Lebanon, Vietnam dan kini Tiongkok, dengan total nilai mencapai 4,6 juta dolar AS.
"Untuk ekspor ke China ini pengiriman yang kedua," katanya.
