Bogor (Antaranews Megapolitan) - Dewasa ini permintaan terhadap berbagai macam produk kesehatan seperti suplemen cenderung meningkat, terutama di kalangan pekerja untuk meningkatkan imunitas tubuh. Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan alternatif baru untuk produk suplemen yang mengikuti trend makanan kekinian “Black Food” dan memanfaatkan limbah tinta cumi (Chepalopoda).
Produk suplemen tersebut diberi nama Deep Ocean Sephia Ink (DOSI) yang dikembangkan oleh Nurul Hikmatul Ain, Ella Dwi Nurwahyuni, Salmaa Septiana, Prayogi Ahmad Ismail, dan Ulvi Qolivasari dari Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB. Inovasi ini menjadi salah satu finalis Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK) tahun 2018 yang dibimbing oleh Dr Kustiariyah Tarman.
Salmaa menyampaikan bahwa alasan mereka memanfaatkan tinta cumi adalah banyaknya kandungan komponen fungsional di dalamnya dan mudah didapatkan serta mudah diproduksi.
“Pada umumnya tinta cumi di berbagai industri dibuang begitu saja, setelah kami tahu ada banyak manfaat yang terkandung di dalam tinta cumi tersebut, kami coba kembangkan menjadi suplemen. Kebetulan kami juga dapatkan tinta cumi yang masih fresh secara cuma-cuma langsung dari tempat produksinya. Selain itu proses pembuatan tinta cumi juga cukup mudah sehingga sangat potensial untuk dijadikan usaha,” ujar Salmaa.
Tinta cumi sendiri memiliki berbagai macam kandungan senyawa aktif yang bermanfaat untuk mengaktifkan sel darah putih, anti kanker atau tumor, anti mikroba, antioksidan, serta dapat dijadikan pengganti MSG. Hanya saja masih banyak masyarakat yang kurang tahu tentang manfaat ini.
Proses pembuatannya semaksimal mungkin dilakukan secara higienis, mulai dari melakukan preparasi langsung di ruang produksi tidak di tempat penampungan limbah, kemudian kantong tinta yang masih segar dipanaskan dalam oven pada suhu 50 derajat celcius selama 24 jam. Setelah mengering, tinta tersebut dipindahkan langsung ke kemasan alumunium, sehingga produk tersebut 100% murni tinta cumi.
“Kami terinspirasi dari jamu Buyung Upik untuk anak-anak yang berbentuk serbuk, sehingga dapat langsung dicampurkan ke dalam makanan yang siap saji ataupun sebagai pengganti bumbu masakan. Meskipun banyak sekali saingan untuk produk suplemen makanan, tetapi DOSI ini harganya lebih terjangkau. Yaitu 5000 rupiah per kemasan untuk dua kali pemakaian. Selain itu, kita mengikuti trend Black Food tetapi yang sehat,” terang Ain.
Ain menceritakan bahwa respon pasar sangat antusias dan mayoritas yang membeli adalah para pekerja. “Banyak dari pembeli yang bertanya cara pembuatan dan manfaatnya. Sasaran dari produk DOSI ini adalah untuk semua rentang usia kecuali yang memiliki alergi terhadap cumi-cumi. Khususnya para pekerja yang memiliki pekerjaan berat dan menghasilkan tingkat stres yang tinggi sebaiknya mengkonsumsi suplemen tinta cumi ini. Sejauh ini kami baru menjual di daerah Jabodetabek melalui media sosial, bazar, dan website penjualan online,” jelas Ain.
Langkah selanjutnya yang akan ditempuh adalah menghitung kandungan kolesterolnya apakah mengandung kolesterol tinggi atau tidak. Selain itu mengembangkan design dan ukuran kemasan agar lebih menarik, meminta peijinan makanan, seperti BPOM dan PIRT, serta meningkatkan pemasaran melalui berbagai event, seperti demo masak untuk ibu rumah tangga.
“Harapan kami suplemen ini dapat beredar di pasaran karena manfaatnya banyak sekali. Apalagi produk DOSI ini juga membantu mengelola limbah industri yang jarang diketahui kegunaannya,” harap Yogi. (UAM/Zul)
Mahasiswa IPB kembangkan tinta cumi menjadi suplemen makanan
Selasa, 26 Juni 2018 8:54 WIB
Pada umumnya tinta cumi di berbagai industri dibuang begitu saja, setelah kami tahu ada banyak manfaat yang terkandung di dalam tinta cumi tersebut, kami coba kembangkan menjadi suplemen.