Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak lulusan Universitas Gadjah Mada dr. Melia Yunita, MSc, Sp.A, menyatakan bahwa pemberian probiotik tidak boleh sembarangan dan perlu memperhatikan kondisi kesehatan anak.
"Ada era di mana ketika di poli semua (orang tua pasien) itu minta probiotik, padahal sebenarnya semua yang dibutuhkan itu dikustomisasi sesuai dengan kondisi anak ya," kata Melia dalam temu media di Jakarta, Kamis.
Melia menekankan dokter anak tetap akan memberikan probiotik tanpa diminta orang tua. Namun, pemberian perlu memperhatikan kondisi tumbuh kembang dan kesehatan anak, seperti bayi yang lahir secara prematur dan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Pemberian probiotik juga ditujukan kepada bayi-bayi yang dirawat di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) sesuai dengan panduan medis yang berlaku.
"Kadang ada indikasi medis dari dokter, melihat kondisi masing-masing, individu masing-masing anak itu, kadang kita perlu, contoh pada bayi, dia dengan kolik infantil mungkin, kita akan kasih itu probiotik dalam jangka waktu cukup panjang," ucap Melia.
Jika anak dalam kondisi yang prima tanpa adanya masalah pada saluran pencernaan dan dapat tumbuh serta berkembang dengan baik maka pemberian probiotik tidak perlu harus rutin.
Melia juga mengingatkan agar orang tua tidak termakan iklan suplemen dengan harga mahal tanpa mengetahui fungsi dan kegunaannya sesuai kondisi anak masing-masing.
Probiotik yang dijual di apotek memiliki fungsi yang berbeda-beda, sehingga lebih baik membelinya setelah berkonsultasi dengan dokter anak terkait. Terlebih probiotik sebenarnya sudah terkandung dalam makanan sehari-hari, seperti bawang bombai, asparagus, keju, yogurt dan susu.
"Jangan terlalu mendewakan suplemen maksud saya, ya. Jadi, pikir ulang untuk pemberian suplemen dari luar, secara kontinu, lebih baik konsul sama dokter anak yang perlu diberikan," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemberian probiotik perlu memperhatikan kondisi kesehatan anak