Jakarta (ANTARA) - Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan telah menangani sebanyak 4.423 pasien Tuberkulosis (TBC) di wilayah tersebut sejak Januari hingga Mei 2025.
"Kasus TB dari Januari hingga Mei 2025 terhitung 4.423 kasus," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Selatan, Yudi Dimyati saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Dia berharap angka ini semakin menurun jika dibandingkan dengan jumlah kasus TB di Jakarta Selatan tahun 2024 yang mencapai sebanyak 13.250 kasus.
Kemudian, pada tahun 2024 telah terbentuk 65 "Kampung Siaga TB" yang tersebar di seluruh kelurahan di Jakarta Selatan (Jaksel).
Baca juga: 14 persen pasien TBC di Jakut putus pengobatan
Baca juga: Ada 3.636 kasus tuberkulosis di Jakut sepanjang 2025
Adapun regulasi tingkat kota tercantum pada Instruksi Wali Kota Nomor e-0072/2024 tentang Percepatan Penanggulangan TB Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Dia menjelaskan bahwa TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan dapat menular melalui percikan ludah/air liur ke orang sekitar seperti batuk, bersin atau saat berbicara dengan orang lain.
Gejala dan tanda seseorang menderita TB, yaitu gejala pernapasan batuk lebih dari 14 hari dan beberapa gejala di luar pernapasan, yakni keringat malam, demam, lemas, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
"TB dapat disembuhkan asalkan bisa terdeteksi secara dini dan penderita TB melakukan pengobatan dengan benar," ujarnya.
Baca juga: Dinkes catat kasus tuberkulosis di Jakarta capai 21 ribu lebih
Yang harus dilakukan oleh keluarga atau kontak erat pasien TB, yaitu melakukan investigasi kontak (skrining kesehatan) yang bisa dilakukan oleh Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Dalam rangka menuju eliminasi TB tahun 2030, Provinsi DKI Jakarta telah membentuk "Kampung Siaga TB" pada 2024 sebanyak 274 "Kampung Siaga TB".
"Kampung Siaga TB" berperan menjadi ruang untuk membangun kesadaran masyarakat, menghapus stigma dan menumbuhkan empati terhadap para penderita maupun penyintas TB.