Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti mengatakan perkembangan situasi ekonomi global terkini memerlukan upaya bersama antara ASEAN dan China dalam menegakkan sistem perdagangan multilateral dalam Pertemuan Konsultasi Khusus Menteri Ekonomi ASEAN-Kementerian Perdagangan (Ministry of Commerce/MOFCOM) China secara daring, Selasa.
Hal ini dapat dilakukan melalui penguatan peran World Trade Organization (WTO) untuk menjamin perdagangan yang bebas, terbuka, inklusif, dan berbasis aturan.
"Indonesia mendukung posisi ASEAN terhadap netralitas dan penguatan kerja sama ekonomi, khususnya bersama dengan mitra dagang, dalam menghadapi perkembangan situasi ekonomi global terkini," ujar Roro di Jakarta, Selasa.
Roro menyampaikan inisiatif untuk memperkuat kerja sama ekonomi ASEAN dan China melalui perjanjian perdagangan yang dimiliki oleh kedua belah pihak, seperti ASEAN-China FTA (ACFTA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Kedua perjanjian tersebut dapat menjadi landasan untuk menjawab tantangan perubahan situasi terkini dan sebagai daya ungkit ekonomi ASEAN dan China.
Kementerian Perdagangan mencatat total perdagangan China dengan ASEAN pada 2023 mencatatkan nilai 521,8 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 297 miliar dolar AS dan impor 223,9 miliar dolar AS.
Ekspor utama China ke ASEAN pada 2023 meliputi sirkuit terpadu elektronik, telepon, minyak bumi, mesin pemroses data, dan modul layar datar. Impornya meliputi sirkuit terpadu elektronik, minyak bumi mentah, modul layar datar, besi paduan, dan mesin pemroses data.
Baca juga: Trump: Eropa lebih nakal dibanding China
Baca juga: Indonesia-China singgung tarif impor AS
Baca juga: China ajak Uni Eropa jaga ekosistem perdagangan