Jakarta (ANTARA) - Pakar konversi energi Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswidjajanto Zaenuri mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir dan meragukan kualitas bahan bakar minyak (BBM) produksi Pertamina, seperti pertamax.
"Pertamina selalu menguji kualitas BBM-nya, baik melalui Lemigas maupun ITB. Jadi, tak perlu khawatir. Pertamina selalu menjaga kualitas sesuai standar Ditjen Migas,” katanya melalui sambungan telepon, di Jakarta, Minggu.
Pengujian yang dilakukan, salah satunya pada pertamax melalui standar ASTM D6201 untuk mengetahui apakah deposit BBM tersebut banyak atau sedikit, sehingga mampu mencegah kerak mesin.
Pengujian oleh ITB dilakukan di Laboratorium Surveyor Indonesia.
Ada pengaturan kadar aditif yang harus dilarutkan, karena ada spesifikasi internasional yang membatasi jumlah kerak dalam mesin tidak boleh lebih dari 50 miligram per katup mesin.
Aditif ke dalam BBM tidak bisa mengubah angka research octane number (RON), massa jenis, viscositas dari BBM, dan volume BBM, sebab sifatnya hanya memperbaiki BBM.
"Penambahan aditif justru untuk mencegah timbulnya kerak, korosi, dan asam di dalam mesin, sehingga performa mesin sangat baik. Aditif Pertatec fungsinya sebagai deterjen,” kata Tri.
Deterjen bukan sabun yang dimasukkan ke dalam bahan bakar, tetapi zat yang berfungsi menjaga kebersihan mesin yang dilewati bahan bakar.
Fungsi kedua, adalah dispersan yaitu memecah kontaminan yang terbawa bahan bakar ke dalam mesin untuk mencegah proses korosi.
Ketiga, adalah fungsi demulsifier. Artinya mencegah terbentuknya emulsi, yaitu reaksi antara bahan bakar dengan air.
Baca juga: Gubernur Papua minta Pertamina jamin BBM
Baca juga: Mencermati kasus BBM Pertamax oplosan