Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Material Komposit Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Indonesia (UI) Prof Dra Ariadne Lakshmidevi Juwono mengatakan Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan komposit hijau.
"Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan komposit hijau, karena kekayaan bahan alam, termasuk tanah lempung jenis montmorillonite (MMT). Tanah lempung ini memiliki struktur lapisan yang unik, sehingga cocok dimanfaatkan sebagai penguat dalam komposit berbasis polimer," kata Prof Ariadne Lakshmidevi Juwono di Depok, Selasa.
Menurut dia, penelitian komposit berpenguat tanah lempung sedang dan akan dilanjutkan dengan penggunaan matriks yang mudah terdegradasi, seperti polimer alam atau limbah biomassa.
Prof Ariadne juga menyoroti komposit hibrida yang menggabungkan serat alam dan serat sintetis, yang berpotensi sebagai bahan struktural masa depan.
Penelitian Prof Ariadne mencakup pemanfaatan limbah biomassa, seperti daun nanas dan tandan kelapa sawit, untuk bahan penguat komposit.
“Limbah biomassa menjadi satu hal yang perlu mendapat perhatian, karena Indonesia merupakan salah satu penghasil limbah biomassa terbesar di dunia. Penelitian ini sedang berjalan untuk menghasilkan solusi yang lebih ramah lingkungan,” katanya.
Prof Ariadne menekankan pentingnya kolaborasi dengan universitas dan institusi riset di dalam maupun luar negeri untuk menciptakan hasil penelitian yang memberikan dampak luas.
“Harapan saya, dan juga para peneliti saintek di UI, semoga UI terus melengkapi fasilitas penelitian yang sudah ada dengan peralatan-peralatan yang canggih dan mumpuni,” tuturnya.
Sebagai akademisi yang produktif, Prof Ariadne telah mempublikasikan berbagai penelitian, termasuk kajian tentang komposit berbasis tanah lempung, polimer alam, hingga limbah biomassa.
Prof Ariadne menjelaskan pentingnya pengembangan komposit ramah lingkungan untuk keberlanjutan masa depan. “Komposit hijau menjadi salah satu bahan yang dikembangkan dengan mempertimbangkan bahan yang lebih mudah terurai untuk keberlangsungan lingkungan," katanya.
"Komposit biodegradable adalah komposit yang salah satu bahan penyusunnya mudah terurai, sedangkan komposit hijau adalah komposit yang semua bahan penyusunnya mudah terurai, ramah lingkungan, dan mempunyai nilai keberlanjutan,” ujarnya.