Depok (ANTARA) - Guru Besar Tetap dalam Bidang Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia (UI) Prof Herni Susanti, SKp, MN PhD mengingatkan pentingnya 'continium of care' (CoC) untuk kesehatan jiwa.
CoC adalah pendekatan holistik yang mencakup seluruh spektrum perawatan kesehatan jiwa, mulai dari promosi, pencegahan, pengobatan, hingga rehabilitasi dan pemulihan.
"CoC sangat relevan dengan kebijakan yang diatur dalam UU Kesehatan No. 17 Tahun 2023 dan transformasi pelayanan kesehatan yang menegaskan pentingnya layanan kesehatan jiwa yang menyeluruh dan berkesinambungan,” ujar Herni di Kampus UI Depok, Kamis.
Ia mengatakan, pendekatan ini memastikan bahwa layanan kesehatan jiwa, terutama di masyarakat, tersedia secara terintegrasi dan berkelanjutan di sepanjang hidup individu dengan pelibatan berbagai stakeholder.
Baca juga: UI: Penyelesaian kesehatan jiwa perlu kebijakan lintas sektoral
Penguatan CoC dalam pelayanan kesehatan jiwa berbasis bukti menjadi langkah strategis untuk memastikan semua individu, mulai dari yang sehat hingga yang berada dalam kondisi berisiko atau memiliki gangguan, mendapatkan pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan.
Ada tiga aspek penting yang perlu diperhatikan dalam penguatan ini, yakni pelayanan berbasis rentang sehat-sakit, pelibatan stakeholder, dan pelayanan kesehatan jiwa yang harus berdampak.
Pelayanan berbasis rentang sehat-sakit tidak hanya berfokus pada individu dengan gangguan jiwa, tetapi juga mereka yang sehat jiwa agar berada dalam kondisi optimal.
Herni melakukan riset untuk mengetahui intervensi layanan yang sesuai pada tiga kondisi individu, yakni sehat, berisiko, dan gangguan jiwa.
Baca juga: FIK UI lakukan promosi kesehatan jiwa di Pandeglang Banten
Riset tersebut adalah Terapi Kelompok Terapeutik pada anak usia sekolah, remaja, dan perempuan usia paruh baya untuk memperkuat keterampilan emosional, sosial, dan jiwa; eksplorasi pendekatan Post-Traumatic Growth pada individu pasca pengalaman traumatis; serta eksplorasi penerapan terapi Acceptance and Commitment Therapy pada orang dengan gangguan jiwa.
Pada aspek pelibatan stakeholder, pelayanan kesehatan jiwa berbasis bukti melibatkan kalangan profesional kesehatan, komunitas, pembuat kebijakan, keluarga, dan pasien.
Pelibatan stakeholder ini menghasilkan intervensi yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasien, dan mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal yang mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap program kesehatan jiwa.
Hal ini termasuk keterlibatan kader, keterlibatan service user dan carer (pasien dan keluarga), serta keterlibatan berbagai disiplin ilmu dan kepakaran.
Baca juga: Dinkes Bogor gandeng UI tingkatkan kesehatan jiwa masyarakat
Menurut Herni, pelayanan kesehatan jiwa juga harus berdampak, sehingga membutuhkan keterlibatan aktif para pemangku kebijakan, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Keterlibatan mereka sangat krusial untuk memastikan adanya keberlanjutan program dan dukungan yang memadai dalam implementasinya.
“Dengan adanya penguatan CoC di bidang kesehatan jiwa, kualitas hidup individu diharapkan meningkat dan beban sosial-ekonomi akibat gangguan jiwa dapat berkurang. Selain itu, langkah ini juga dapat menciptakan sistem layanan kesehatan jiwa yang lebih inklusif, efektif, dan efisien di Indonesia,” ujarnya.
Penelitian Herni tersebut menunjukkan ketertarikannya pada bidang pelayanan kesehatan jiwa.