Kota Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, memberi atensi kepada daerah rawan banjir di wilayahnya, beberapa di antaranya yakni berada di Kelurahan Kedung Waringin dan Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Tanah Sareal, serta Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara.
Penjabat (Pj) Wali Kota Bogor Hery Antasari di Kota Bogor, Jumat, mengatakan tiga titik tersebut merupakan lokasi yang kerap mengalami banjir berulang terutama ketika hujan dengan intensitas tinggi.
“Selain itu juga banyak titik lain yang perlu kita atensi. Tapi yang saya monitor (di tiga titik) memang yang berulang,” ujarnya.
Melihat kondisi daerah yang rawan banjir, Hery mengatakan, hal ini menjadi perhatian dan akan disempurnakan dalam kajian yang sudah ada agar diusulkan ke dalam Musyawarah Rencana Pembangunan.
Baca juga: Pemkot Bogor salurkan bantuan untuk korban bencana banjir di Sukabumi
Baca juga: BPBD Kota Bogor pastikan TPS sempat terendam banjir sudah dipindah
Penyempurnaan kajian tersebut, katanya, dilakukan sebagai upaya untuk penanganan jangka menengah maupun jangka panjang, seperti membuat kolam retensi atau embung. Sehingga, ke depan, penanganan banjir ini harus menjadi atensi bersama dari sisi urgensi.
Untuk tanggap darurat, Hery menekankan agar wilayah terus memonitor kondisi warga dan membantu perlengkapan anak-anak sekolah yang rusak karena banjir. Dengan harapan, pendidikan anak-anak tidak terganggu dan tetap berjalan.
Sedangkan untuk solusi jangka menengah dan panjang untuk mengatasi banjir, Hery mengatakan, bisa dilakukan normalisasi saluran, membuat embung, atau dengan upaya menata kembali sempadan sungai.
“Kalau untuk penataan sempadan sungai, membuat embung, atau kolam retensi, ya harus ada lahan yang dibebaskan,” ujarnya.
Baca juga: BPBD Kota Bogor tangani banjir hingga longsor akibat hujan deras pada Selasa
Berkaitan dengan terjadinya banjir di suatu daerah, Hery yang memiliki latar belakang keilmuan bidang tata kota menjelaskan, bahwa secara prinsip alam sejak ribuan tahun lalu tidak berubah.
Misalnya, air selalu mengalir dari hulu atau tempat yang lebih tinggi menuju dataran rendah atau cekungan sesuai kontur yang ada. Walaupun muka bumi mengalami perubahan, hal tersebut disebabkan oleh bencana, seperti gunung meletus dan sebagainya.
“Sedangkan air itu melintas sesuai dengan jalur yang dilewati sejak ribuan tahun lalu, tapi akhirnya ada lingkungan binaan, yaitu manusia yang tinggal di situ. Sehingga aliran air alami ini, badan-badan air alami ini, mengecil, menyempit, terjadi sedimentasi,” jelasnya.
Ditambah lagi, katanya terdapat perubahan tata guna lahan di bagian hulu, menyebabkan air banyak langsung masuk ke saluran tanpa sempat meresap di hulu, sehingga meningkatkan debit air.
Baca juga: Pj Wali Kota Bogor ingatkan jajarannya tetap waspadai cuaca ekstrem
Sehingga, menurutnya, gabungan antara cuaca ekstrem, debit air yang meningkat, badan air yang kapasitasnya terbatas, dan aktivitas masyarakat menyebabkan badan air tidak bisa menampung debit air, terutama ketika masuk cuaca ekstrem. (KR-SBN)