Kota Bogor (ANTARA) - Sebanyak 36 peserta dari 17 negara sehaluan (like minded countries/LMCs) berkumpul di Kota Bogor, Jawa Barat, untuk mengikuti Pelatihan Peningkatan Kapasitas dalam Pengelolaan Kelapa Sawit Berkelanjutan Berbasis Pertanian Rakyat.
Pelatihan yang dilaksanakan pada 22 Juni hingga 2 Juli 2024 ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, IPB University dan Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI).
Dirjen Amerika-Eropa Kemenlu RI Umar Hadi di IPB International Convention Center Kota Bogor, Senin, mengatakan pelatihan ini merupakan upaya Pemerintah RI berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan negara-negara dari berbagai kawasan terkait komoditas kelapa sawit.
“Pertukaran pengalaman dan praktik-praktik baik diperlukan untuk menjamin komoditas kelapa sawit dapat bertahan di era pasar global saat ini,” ujarnya.
Ia menyebutkan 17 negara yang mengikuti pelatihan ini ialah Argentina, Bolivia, Brasil, Republik Dominika, Ekuador, Ghana, Guatemala, Kolombia, Malaysia, Meksiko, Nigeria, Pantai Gading, Papua Nugini, Paraguay, Peru, Saint Lucia dan Thailand. Termasuk Indonesia yang menjadi tuan rumah.
Umar Hadi menyampaikan peserta yang mengikuti pelatihan ini berlatar belakang peneliti, pengambil kebijakan, pelaku usaha dan diplomat.
Dari pelatihan ini, Umar Hadi berharap para peserta lintas-negara mendapatkan perspektif yang lebih kaya terhadap pertanian rakyat lintas-komoditas sebab petani rakyat sangat bergantung pada pertanian kelapa sawit.
Ke depan, menurut Umar Hadi, tantangan yang dihadapi ialah bagaimana memastikan petani rakyat dapat bertahan dan berkembang di sektor agrikultur.
“Kesejahteraan para petani rakyat sangat bergantung pada komoditas yang mereka produksi, sehingga penting untuk mencapai dunia yang bebas kemiskinan dan kelaparan, sebagaimana amanat pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs),” jelasnya.
Wakil Rektor IPB University Bidang Riset, Inovasi dan Pengembangan Masyarakat Agromaritim Prof. Ernan Rustiadi menyampaikan IPB telah terlibat secara aktif dalam memperkuat petani dan pemangku kepentingan lokal, serta berkontribusi pada capaian keberlanjutan sektor kelapa sawit.
“Diharapkan pelatihan ini juga dapat meningkatkan kerja sama Indonesia dengan negara-negara Global South, melalui kolaborasi, riset dan pendidikan,” kata Ernan.