Depok (ANTARA) - Mahasiswi program studi S2 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Indonesia (UI) Ayu Mulia Sundari melakukan penelitian potensi terapi berbasis inkretin untuk mengobati gestasional diabetes pada subjek sindrom ovarium polikistik (SOPK).
Penelitian yang dilakukan di bawah bimbingan Prof. Anom Bowolaksono, Ph.D tersebut, Ayu memanfaatkan Liraglutide, sebuah analog hormon inkretin sintetik yang dilaporakan mampu memperbaiki sensitivitas insulin, menurunkan kadar glukosa darah, dan meningkatkan fungsi sel beta pankreas pada subjek diabetes.
"Efektivitas liraglutide tersebut diuji pada hewan coba yang diinduksi SOPK kemudian diinduksi diabetes untuk memimik kondisi gestasional diabetes pada subjek SOPK," kata Ayu Mulia Sundari di Depok, Rabu.
SOPK adalah gangguan hormonal pada perempuan usia reproduktif yang ditandai dengan kelebihan hormon androgen (hiperandrogenemia), disfungsi ovarium, dan kemunculan polikistik ovarium melalui pemeriksaan ultrasonografi.
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan alternatif terapi baru untuk pengobatan gestasional diabetes pada subjek SOPK yang saat ini belum tersedia.
Temuan penelitian selanjutnya diharapkan dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit tersebut.
Penelitian ini menjadi harapan baru bagi perempuan SOPK dengan diabetes dalam kehamilan melalui riset elaborasi potensi inkretin oleh tim peneliti dari Universitas Indonesia
Saat ini, diketahui bahwa sebanyak 4-20 persen populasi wanita di dunia terdiagnosis sindrom ovarium polikistik (SOPK).
Di Indonesia, dilaporkan bahwa setidaknya sekitar 150 ribu perempuan terdiagnosis SOPK setiap tahunnya.
Konsekuensi utama yang dialami perempuan SOPK adalah gangguan kesuburan karena disfungsi ovarium sebagai fitur utama penyakit ini mengganggu ovulasi sel telur sehingga kehamilan sulit terjadi.
Namun, meskipun kehamilan berhasil dicapai, riset menunjukkan bahwa perempuan SOPK sangat rentan mengalami diabetes dalam kehamilan atau gestasional diabetes dengan angka kejadian mencapai 20-40 ersen.
Hal ini sangat mengkhawatirkan karena kondisi gestasional diabetes sangat berbahaya untuk ibu dan janin di mana peningkatan kadar gula darah selama kehamilan diketahui berasosiasi dengan berbagai komplikasi serius seperti diabetes tipe-2, risiko penyakit kardiovaskuler, persalinan prematur, berat bayi lahir rendah, kanker, hingga kematian.
Mahasiswa UI lakukan riset elaborasi potensi terapi berbasis inkretin
Rabu, 24 April 2024 12:49 WIB