"Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah utara. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 70 milimeter dan durasi 130 detik," kata Anggi.
Baca juga: Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda kembali erupsi setinggi 1.500 meter
Baca juga: Gunung Anak Krakatau kembali erupsi dengan kolom abu setinggi 1,5 kilometer ke arah tenggara
Baca juga: Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda kembali erupsi setinggi 1.500 meter
Baca juga: Gunung Anak Krakatau kembali erupsi dengan kolom abu setinggi 1,5 kilometer ke arah tenggara
Gunung Anak Krakatau kini berada pada status level III atau siaga. Sejak 1 Januari hingga 28 November 2023, gunung api aktif itu tercatat meletus sebanyak 80 kali.
PVMBG merekomendasikan masyarakat untuk tidak mendekati Gunung Anak Krakatau atau beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah aktif.
Sejak kelahiran Gunung Anak Krakatau pada Juni 1927 hingga saat ini, erupsi berulang kali terjadi, sehingga Gunung Anak Krakatau tumbuh semakin besar dan tinggi mencapai 157 meter di atas permukaan laut.
Karakter letusan Gunung Anak Krakatau berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif dengan waktu istirahat letusannya berkisar antara satu sampai enam tahun.
Baca juga: PVMBG: Gunung Anak Krakatau terjadi erupsi enam kali selama bulan Juni 2023
Baca juga: PVMBG: Gunung Anak Krakatau terjadi erupsi enam kali selama bulan Juni 2023
Erupsi-erupsi itu menghasilkan abu vulkanik dan lontaran lava pijar serta aliran lava yang perlahan membangun tubuh gunung api tersebut.
Pemukiman terdekat berada di Pulau Sibesi yang berjarak 16,5 kilometer dari Pulau Anak Krakatau.