Jakarta (ANTARA) - Terik sinar Matahari tak menyurutkan langkah anak-anak mendatangi Festival Literasi Buku. Mereka berlomba mengisi buku registrasi demi bisa membaca atau mendapatkan buku-buku yang diinginkan.
Mereka datang dari berbagai penjuru demi memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan yang tersaji dalam lembaran-lembaran buku.
Derap langkah mereka beriringan menuju stan-stan buku yang tersusun rapi. Pemandangan ini berlangsung di Galeri Emiria Soenassa dan Galeri S. Soedjono, Taman Ismail Marzuki, yang menjadi saksi semangat anak-anak bangsa membekali diri dengan ilmu pengetahuan.
Anak-anak dengan beragam usia dan latar belakang dari penjuru DKI Jakarta itu berada di dalam sebuah ruangan nan sejuk. Memilah dan memilih buku-buku yang disajikan menjadi pemandangan di dalam ruangan itu. Mereka terlihat antusias sepanjang memilih buku-buku yang ada di hadapan mereka.
Di tengah-tengah keramaian, terdapat sejumlah stan yang dipenuhi dengan buku berwarna-warni. Anak-anak dengan serius memeriksa sampul-sampul buku, membaca sinopsis, dan mendiskusikan pilihan mereka secara bersama. Suara tawa dan diskusi kecil bertebaran di lokasi festival. Ada yang duduk, ada pula yang berdiri. Semuanya menciptakan atmosfer yang hidup dan penuh semangat.
Seakan haus dengan pengetahuan, mereka memadati stan yang digunakan untuk diskusi buku. Bahkan berpindah dari satu stan ke stan lainnya. Berbagai buku pun disediakan sebagai upaya untuk memotivasi anak-anak agar tetap bersemangat membaca.
Baca juga: Perpustakaan Depok sediakan ruang baca yang ramah anak
Tak hanya ada buku-buku baru untuk dipilih, zona perpustakaan keliling juga menjadi pilihan anak-anak membaca buku-buku lama yang telah menjadi klasik. Mereka diberi kesempatan untuk merasakan pengalaman membaca yang tak ternilai harganya.
Festival literasi diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Provinsi DKI Jakarta dalam peringatan Hari Literasi Internasional atau juga dikenal sebagai Hari Aksara Nasional setiap tanggal 8 September. Festival ini dilaksanakan 8--12 September 2023 untuk memacu kesadaran masyarakat akan pentingnya meningkatkan kemampuan literasi yang berguna dalam menjalin relasi positif bagi diri maupun lingkungan sekitar.
Sebanyak 13 komunitas literasi terlibat aktif memfasilitasi kegiatan ini. Mereka mendukung anak-anak dalam memilih buku yang sesuai dengan minat mereka.
Festival literasi ini memberikan diskon harga buku hingga 80 persen. Pengunjung anak-anak membawa pulang buku yang telah dipilih dengan penuh gembira. Senyum tawa tergambar di wajah mereka sebelum meninggalkan lokasi festival.
Menariknya, dalam Festival Literasi ini para pengunjung dapat mengikuti cosplay karakter dalam buku. Pengunjung anak-anak diajak mengenakan kostum dan meniru penampilan serta kepribadian karakter fiksi yang menginspirasi dari sebuah buku, novel, komik, atau cerita tulis.
Cosplay buku
Memupuk budaya literasi di kalangan Generasi Z menjadi semakin penting guna membangun jembatan masa depan yang penuh pengetahuan. Salah satu cara yang menarik dan kreatif adalah melalui cosplay karakter dalam buku.
Cosplay buku yang menggabungkan minat membaca dengan seni kostum dan peran itu membantu memperkuat budaya literasi di kalangan Gen Z. Hal ini disadari Dispusip DKI Jakarta sehingga menyelipkan kegiatan ini dalam Festival Literasi Jakarta 2023.
Para pengunjung literasi diberikan kesempatan mengenakan kostum sesuai dengan karakter buku yang disediakan Dispusip DKI Jakarta. Pengunjung yang mayoritas anak-anak begitu gembira tampil di atas panggung yang telah disediakan. Mereka tampil memainkan karakter yang dibaca dari lembaran buku.
Pengunjung anak-anak begitu riang tampil dalam cosplay buku. Mereka dapat memilih karakter dari berbagai buku yang mewakili beragam latar belakang, kepribadian, dan budaya. Ini tentu dapat membantu mereka memahami dan menghargai keragaman dalam sastra.
Baca juga: Pemkab Karawang berupaya tingkatkan minat baca masyarakat
Cosplay buku juga membantu Generasi Z untuk menyadari, mempelajari, dan memahami tentang nilai-nilai budaya dan sejarah bangsa.
Menggunakan cosplay buku sebagai sarana untuk memupuk budaya literasi baca di kalangan Generasi Z adalah pendekatan yang menarik, yang tidak hanya menggabungkan seni dan literasi, tetapi juga merayakan dunia sastra dalam cara yang kreatif dan interaktif.
Ini memberikan kesempatan luar biasa bagi Generasi Z untuk mengeksplorasi, belajar, dan merayakan keajaiban dunia literatur.
Ketika Generasi Z mendalaminya, cosplay karakter buku dapat menjadi motivasi tambahan untuk membaca lebih banyak. Mereka mungkin ingin mengeksplorasi lebih banyak buku dengan karakter menarik untuk di-cosplay.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta Firmansyah mengaku bahwa kegiatan cosplay buku merupakan salah satu rangkaian dalam memperingati Hari Aksara 2023 yang digelar pihaknya untuk menciptakan budaya baca buku bagi generasi muda.
Cara ini diyakini Firmansyah dapat memupuk Generasi Z melalui karakter favorit dari buku-buku yang dibaca anak-anak. Mereka bisa berperan sebagai pahlawan, antagonis, atau karakter favorit lainnya, yang menghidupkan kembali cerita-cerita dalam bentuk yang lebih nyata.
Kemudian, dengan upaya itu dapat menstimulasi kreativitas generasi masa kini. Hal ini juga akan menginspirasi Generasi Z untuk berpikir kreatif dalam mewujudkan karakter mereka.
Menggabungkan seni dan literasi merupakan perpaduan unik dalam membentuk budaya literasi baca. Generasi Z belajar bahwa literasi tidak hanya berarti membaca kata-kata, tetapi juga menyampaikan cerita melalui seni dan penampilan.
Di mata Firmansyah, budaya merupakan integritas bangsa dan eksistensi sebuah negara sehingga perlu dibentuk termasuk pada literasi membaca.
Membaca buku bukan hanya investasi bagi perkembangan individu, tetapi juga dalam pembangunan masyarakat dan negara. Generasi bangsa yang gemar membaca buku cenderung menjadi pemikir kritis, berpengetahuan kuat, dan memiliki perekonomian lebih produktif.
Oleh karena itu, membuka akses dan mendorong minat membaca buku harus menjadi prioritas bagi setiap bangsa yang ingin memajukan masa depannya.
“Festival ini untuk menggerakkan budaya baca di masyarakat. Juga jadi pemicu dan mengingatkan kembali bahwa budaya membaca ini penting terutama buat generasi muda,” ucapnya.
Membangun budaya baca buku sejak dini memang perlu dilakukan untuk membentuk sumber daya manusia yang unggul, berintegritas, serta dapat bersaing di masa depan.
Firmansyah meyakini bahwa minat membaca buku oleh generasi muda masih cukup tinggi. Hal itu dapat dibuktikan dari dari jumlah pengunjung di di perpustakaan yang menjadi anggota mencapai 300 ribu lebih.
Baca juga: Literasi penting untuk pendidikan berkualitas
Pada tahun 2023, Dispusip DKI Jakarta bakal menambah 14 perpustakaan keliling di lima wilayah kota DKI Jakarta yang dikelola Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan di masing-masing kota. Upaya ini sebagai komitmen meningkatkan literasi di daerah ini.
Kebiasaan membaca buku memiliki peran sangat penting dalam membentuk dan memajukan generasi bangsa. Generasi Z memiliki potensi besar untuk memacu budaya membaca buku dengan cara-cara yang unik dan relevan di era digital saat ini.
Dengan upaya bersama sekolah, keluarga, masyarakat, hingga pemerintah, hal itu akan membentuk budaya baca yang kuat bagi Generasi Z. Walhasil, dapat memberikan manfaat jangka panjang dalam pengembangan pengetahuan, imajinasi, dan keterampilan mereka.
Penyelenggaraan festival literasi, menurut Kepala Biro Kesejahteraan Sosial Setda Provinsi DKI Jakarta Wahyu Haryadi sebagai bentuk kolaborasi nyata antara Pemerintah, masyarakat, dan komunitas dalam meningkatkan literasi membaca di daerah ini.
Literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, melainkan juga tentang menentukan ide sehingga harus menjadi perhatian semua pihak.
Tingkat literasi DKI Jakarta disebutkan berada di angka 72,73 persen. Data itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan pihaknya pada 2022.
Pemprov DKI Jakarta terus memprakarsai program-program untuk meningkatkan akses literasi ke masyarakat, salah satunya menghadirkan perpustakaan umum modern yang nyaman di Cikini. Pemprov DKI akan melanjutkan pembangunan perpustakaan modern ke wilayah lainnya.
Melalui berbagai inisiatif dan kreativitas tersebut dapat membawa literasi warga ke tingkat lebih tinggi, utamanya bagi generasi muda atau Gen Z.
Cosplay buku juga membantu Generasi Z untuk menyadari, mempelajari, dan memahami tentang nilai-nilai budaya dan sejarah bangsa.
Menggunakan cosplay buku sebagai sarana untuk memupuk budaya literasi baca di kalangan Generasi Z adalah pendekatan yang menarik, yang tidak hanya menggabungkan seni dan literasi, tetapi juga merayakan dunia sastra dalam cara yang kreatif dan interaktif.
Ini memberikan kesempatan luar biasa bagi Generasi Z untuk mengeksplorasi, belajar, dan merayakan keajaiban dunia literatur.
Ketika Generasi Z mendalaminya, cosplay karakter buku dapat menjadi motivasi tambahan untuk membaca lebih banyak. Mereka mungkin ingin mengeksplorasi lebih banyak buku dengan karakter menarik untuk di-cosplay.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta Firmansyah mengaku bahwa kegiatan cosplay buku merupakan salah satu rangkaian dalam memperingati Hari Aksara 2023 yang digelar pihaknya untuk menciptakan budaya baca buku bagi generasi muda.
Cara ini diyakini Firmansyah dapat memupuk Generasi Z melalui karakter favorit dari buku-buku yang dibaca anak-anak. Mereka bisa berperan sebagai pahlawan, antagonis, atau karakter favorit lainnya, yang menghidupkan kembali cerita-cerita dalam bentuk yang lebih nyata.
Kemudian, dengan upaya itu dapat menstimulasi kreativitas generasi masa kini. Hal ini juga akan menginspirasi Generasi Z untuk berpikir kreatif dalam mewujudkan karakter mereka.
Menggabungkan seni dan literasi merupakan perpaduan unik dalam membentuk budaya literasi baca. Generasi Z belajar bahwa literasi tidak hanya berarti membaca kata-kata, tetapi juga menyampaikan cerita melalui seni dan penampilan.
Di mata Firmansyah, budaya merupakan integritas bangsa dan eksistensi sebuah negara sehingga perlu dibentuk termasuk pada literasi membaca.
Membaca buku bukan hanya investasi bagi perkembangan individu, tetapi juga dalam pembangunan masyarakat dan negara. Generasi bangsa yang gemar membaca buku cenderung menjadi pemikir kritis, berpengetahuan kuat, dan memiliki perekonomian lebih produktif.
Oleh karena itu, membuka akses dan mendorong minat membaca buku harus menjadi prioritas bagi setiap bangsa yang ingin memajukan masa depannya.
“Festival ini untuk menggerakkan budaya baca di masyarakat. Juga jadi pemicu dan mengingatkan kembali bahwa budaya membaca ini penting terutama buat generasi muda,” ucapnya.
Membangun budaya baca buku sejak dini memang perlu dilakukan untuk membentuk sumber daya manusia yang unggul, berintegritas, serta dapat bersaing di masa depan.
Firmansyah meyakini bahwa minat membaca buku oleh generasi muda masih cukup tinggi. Hal itu dapat dibuktikan dari dari jumlah pengunjung di di perpustakaan yang menjadi anggota mencapai 300 ribu lebih.
Baca juga: Literasi penting untuk pendidikan berkualitas
Pada tahun 2023, Dispusip DKI Jakarta bakal menambah 14 perpustakaan keliling di lima wilayah kota DKI Jakarta yang dikelola Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan di masing-masing kota. Upaya ini sebagai komitmen meningkatkan literasi di daerah ini.
Kebiasaan membaca buku memiliki peran sangat penting dalam membentuk dan memajukan generasi bangsa. Generasi Z memiliki potensi besar untuk memacu budaya membaca buku dengan cara-cara yang unik dan relevan di era digital saat ini.
Dengan upaya bersama sekolah, keluarga, masyarakat, hingga pemerintah, hal itu akan membentuk budaya baca yang kuat bagi Generasi Z. Walhasil, dapat memberikan manfaat jangka panjang dalam pengembangan pengetahuan, imajinasi, dan keterampilan mereka.
Penyelenggaraan festival literasi, menurut Kepala Biro Kesejahteraan Sosial Setda Provinsi DKI Jakarta Wahyu Haryadi sebagai bentuk kolaborasi nyata antara Pemerintah, masyarakat, dan komunitas dalam meningkatkan literasi membaca di daerah ini.
Literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, melainkan juga tentang menentukan ide sehingga harus menjadi perhatian semua pihak.
Tingkat literasi DKI Jakarta disebutkan berada di angka 72,73 persen. Data itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan pihaknya pada 2022.
Pemprov DKI Jakarta terus memprakarsai program-program untuk meningkatkan akses literasi ke masyarakat, salah satunya menghadirkan perpustakaan umum modern yang nyaman di Cikini. Pemprov DKI akan melanjutkan pembangunan perpustakaan modern ke wilayah lainnya.
Melalui berbagai inisiatif dan kreativitas tersebut dapat membawa literasi warga ke tingkat lebih tinggi, utamanya bagi generasi muda atau Gen Z.
Memupuk budaya literasi di kalangan Generasi Z
Minggu, 17 September 2023 6:23 WIB