Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menyatakan tingkat polusi udara di daerah itu masih normal berdasarkan pengukuran kualitas udara yang dilakukan masing-masing fasilitas kesehatan dengan hasil di bawah 150 mikrogram.
"Artinya, masih kondisi normal. Kemudian untuk pengecekan luar ruangan seperti di kawasan industri GIIC dekat kantor Pemda kita, itu di angka 98 mikrogram. Artinya, juga dalam kondisi normal," kata Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan di Cikarang, Jumat.
Dia mengatakan meski Kabupaten Bekasi berada di wilayah Jabodetabek atau penyangga Ibu Kota, namun kualitas udara yang dihasilkan masih relatif normal, berbeda dengan kondisi polusi di daerah Jakarta.
Baca juga: Pemkab Bekasi minta perusahaan terapkan konsep industri hijau tekan polusi
Dirinya telah menginstruksikan jajaran Dinas Perhubungan Kabupaten Bekasi untuk melakukan uji emisi kendaraan pribadi sebagai salah satu upaya menekan tingkat polusi udara sekaligus menjaga kualitas udara tetap sehat.
"Kalau untuk kendaraan penumpang, memang sudah rutin dilakukan. Kali ini juga terhadap kendaraan pribadi karena memang kecurigaan atau indikasi polusi udara ini lebih banyak akibat kendaraan bermotor dari pada industri. Mudah-mudahan dalam satu atau dua pekan ke depan kita sudah mendapat hasil dari uji emisi ini," katanya.
Dani juga menyebut dari aspek kesehatan, penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) mengalami tren penurunan kasus di Kabupaten Bekasi pada periode Mei-Juli 2023. Ini menjadi indikator kedua kualitas udara masih normal.
Baca juga: Pemkab Bekasi minta perluas penanganan persoalan polusi
"Yang Agustus, datanya sedang kita tunggu, apakah ada kenaikan atau tidak. Tapi walaupun begitu kita harus melakukan upaya-upaya. Seandainya nanti didapatkan ada kasus ISPA akan dilakukan pengobatan gratis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi," ucap dia.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Alamsyah memastikan tidak ada peningkatan kasus ISPA akibat perubahan cuaca dampak El Nino maupun polusi. Berdasarkan data pada Bulan Mei tercatat ada 12.995 kasus, Juni 8.945 sedangkan Bulan Juli 2023 turun menjadi 7.803 kasus.
"Artinya, apa, tren penyakit ISPA tiga bulan terakhir tidak ada peningkatan malah terjadi penurunan. Ini dilihat dari kumulatif empat golongan umur, 0-5 tahun, 5-9 tahun, 9-60 tahun, dan di atas 60 tahun, totalnya seperti itu. Artinya, dampak El Nino terhadap penyakit ISPA sampai kini tidak ada. Tetapi kita lihat di Bulan Agustus nanti," katanya.
Baca juga: Polusi udara, Kabupaten Bekasi masih kekurangan ruang terbuka hijau
Pihaknya tetap akan melakukan pencegahan dalam bentuk sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait dengan perubahan cuaca berikut dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan.
"Kemudian bagaimana efeknya, bagaimana cara menghadapinya. Kedua, menyiapkan obat yang ada di Puskesmas dan rumah sakit untuk ISPA ini ditambah. Lalu koordinasi lintas sektor di acara rapat per pekan, bagaimana kalau terjadi peningkatan ISPA," kata dia.*