"Angklung merupakan warisan budaya Indonesia yang sudah diakui UNESCO sejak tahun 2010 dan memiliki nilai-nilai baik pendidikan karakter yang harus dilestarikan dan diturunkan ke generasi selanjutnya," kata Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek Ahmad Mahendra pada keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Baca juga: 'Angklung Gubrak' warisan budaya Bogor digunakan untuk tarik wisatawan
Mahendra mengatakan Kemendikbusristek RI memfasilitasi 20.060 unit angklung dan mendistribusikannya ke 381 kelompok angklung yang tiap kelompok beranggotakan 40 orang.
Selain itu, dia menambahkan, Kemendikbudristek RI turut menggandeng Saung Angklung Udjo (SAU) sebagai mitra, serta turut menyusun konsep musikalitas, video konduktor, dan pelatihan angklung bagi seluruh peserta.
"Selain dilatih langsung oleh tim SAU, kami juga melibatkan 182 orang supervisor yang telah dilatih sebelumnya oleh SAU untuk mendampingi pelatihan mandiri di tiap kelompok," ujarnya.
Adapun supervisor tersebut, kata dia, berasal dari guru seni musik dan seniman angklung dari sanggar atau komunitas.
Baca juga: Ribuan orang rayakan hari angklung 2018
Peserta pergelaran angklung terbesar di dunia ini datang dari berbagai kalangan, mulai dari pengurus Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM), murid sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah kedinasan, perwakilan kementerian/lembaga, hingga para Ibu Dharma Wanita Persatuan dan Tim Penggerak PKK.
"Pergelaran ini diharapkan menjadi momentum untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap alat musik angklung," tuturnya.
Sementara itu, Direktur SMA Kemendikbudristek, Winner Jihad mengatakan bahwa Kemendikbudristek bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten dalam mengumpulkan 1.000 peserta yang berasal dari 25 sekolah.
"Keterlibatan siswa SMA ini merupakan upaya untuk mengenalkan dan menumbuhkan kecintaan angklung ke generasi muda karena banyak nilai baik yang dapat dipelajari dari alat musik ini. Kolaborasi, disiplin, dan kesabaran”, kata Winner.
Baca juga: SMK Wikrama Bogor Raih Juara Kontes Angklung Asean
Dia menyebutkan, kolaborasi dari berbagai pihak yang terlibat ini merupakan semangat positif dalam pengelolaan warisan budaya Indonesia.
Menurutnya, angklung memang telah diakui UNESCO sejak 16 November 2010, namun keberlangsungan alat musik asli Indonesia yang telah mendunia ini adalah tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia.