Purwakarta (ANTARA) - Politisi Golkar yang baru berlabuh ke Gerindra, Dedi Mulyadi, menempati posisi pertama tokoh terpopuler di Jawa Barat, sesuai dengan penelitian terbaru Big Data Jayabaya.
"Big data ini merangkum semua pembicaraan dan ketersukaan yang kemudian diterjemahkan menjadi komentar negatif dan positif,” kata CEO sekaligus peneliti Big Data Jayabaya, Gumilar Satriawan, melalui sambungan telepon, di Purwakarta, Rabu.
Hasil penelitian terbarunya terhadap sejumlah nama tokoh yang populer di Jawa Barat menghasilkan, Dedi Mulyadi memuncaki tokoh terpopuler di Jabar.
Hasil tersebut diolah melalui Engine-X yang kemudian ekstrak data dari media sosial dan media online.
Baca juga: Dedi Mulyadi soroti pasar penyebab macet Jalur Puncak
Dari data yang dihimpun sejak 1 Januari 2023 pukul 00.00 WIB hingga 31 Mei 2023 pukul 7.30 WIB telah terhimpun 28.655 data dari 35.761 net user.
Hasilnya, Dedi Mulyadi menempati posisi pertama dengan meraih 36,6 persen, disusul posisi kedua Ridwan Kamil dengan 32,7 persen.
Kemudian posisi ketiga, Mochamad Iriawan 9,4 persen, lalu Bima Arya Sugiarto 5,4 persen, Uu Ruzhanul Ulum 4,3 persen, Desi Ratnasari 3,3 persen dan Ahmad Syaikhu 2,2 persen.
Selain itu, ada juga sejumlah tokoh lain yang masuk dalam data dengan persentase satu persen, di antaranya Ono Surono, Deddy Mizwar, Saat Mustofa, Cucun Syamsurizal, Mulyadi dan Taufik Hidayat.
Baca juga: Diduga ilegal, Dedi Mulyadi desak proyek perkebunan hortikultura di Subang dihentikan
“Berdasarkan variable keterkenalan dan ketersukaan masing-masing tokoh yang dalam konteks big data disebut subjek. Hasilnya kang Dedi Mulyadi di posisi pertama,” katanya.
Menurut dia, meski perhelatan Pilgub Jabar masih cukup lama, tapi perbincangan di media sosial sudah ramai. Termasuk dinamika di masing-masing partai politik yang sudah mulai dinamis.
Gumilar meyakini hasil big data yang dimilikinya tak pernah jauh berbeda, bahkan seringkali mirip dengan hasil survei yang dilakukan lembaga kredibel lainnya yang meneliti tentang popularitas dan elektabilitas.
Baca juga: Anggota DPR minta kasus "staycation" untuk perpanjangan kontrak kerja di Bekasi diusut tuntas
Disebutkan kalau big data bisa mempelajari perilaku kejadian masa lalu untuk menentukan langkah strategis di masa depan.
Ia mencontohkan, Pemilu Amerika Serikat yang dimenangkan Donald Trump, itu tak lepas dari penggunaan analisa data. Sehingga hal tersebut bisa menjadi alternatif bagi calon yang akan melangkah di dunia politik.
“Big data bisa melakukan pemetaan terhadap isu daerah yang hasilnya bisa menjadi bahan kampanye dalam memberikan solusi terbaik,” kata Gumilar.