Medan (ANTARA) - Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin di Medan, Sabtu, mengatakan, optimisme petani yang terlalu besar menjadi salah satu alasan harga cabai merah di Sumatera Utara masih rendah.
Menurut dia, para petani memprediksi permintaan akan cabai merah tinggi saat Ramadhan dan Lebaran, sehingga mereka sudah menanam banyak komoditas hortikultura tersebut bahkan sejak akhir tahun 2022.
Akan tetapi, yang terjadi ternyata masyarakat memilih untuk mengerem belanja saat Ramadhan dan Lebaran. Itu membuat harga bahan-bahan pangan termasuk cabai merah turun.
Kepala Seksi Pengendalian Barang Pokok Harga dan Promosi Disperindag ESDM Sumut Iskandar Zulkarnaen mengakui harga cabai merah masih di bawah harga acuan pembelian-penjualan (HAP), yakni cabai merah keriting Rp22.000-Rp 29.600 di tingkat produsen dan Rp 37.000-Rp 55.000 di tingkat konsumen.
Sementara berdasarkan pantauan di pasar tradisional Medan, harga cabai merah hanya Rp15.00-Rp16.000 per kilogram.
Permintaan cabai merah yang tidak signifikan sepanjang Ramadhan dan Lebaran membuat stok melimpah.
Cabai merah yang beredar saat ini di pasar-pasar tradisional merupakan hasil panen dari yang ditanam sebelum Ramadhan.
Pemerintah Provinsi Sumut pun diminta untuk mencermati serius hal ini. Ditambah lagi, saat ini sudah memasuki masa pertengahan tahun yang diprediksi menjadi saat datangnya El Nino, fenomena pemicu kekeringan.