Depok (ANTARA) - Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto mengatakan untuk mengantisipasi inflasi tinggi dapat dilakukan dengan memberikan kompensasi.
"Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) biasanya dapat meningkatkan inflasi 1,5–2 persen," kata Teguh Dartanto di kampus UI Depok, Jawa Barat, Senin.
Ia mengatakan inflasi pasti akan menaikkan kemiskinan, namun jika berbagai program dapat digalakkan dengan tepat maka dampak kemiskinan dapat diminimalisasi.
Secara teoritis, lanjutnya, masyarakat dengan daya beli turun harus diangkat kembali agar kesejahteraan meningkat. Caranya adalah dengan membantu mereka agar memiliki daya beli yang sama seperti sebelumnya.
"Misalnya, ketika kita memiliki uang Rp10.000 kita akan memperoleh 10 untuk barang dengan harga Rp100. Jika harga barang naik menjadi Rp200, kita hanya memperoleh 5 barang dari uang tersebut," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, agar tetap memperoleh 10 barang, kita harus mendapat tambahan uang. Di sinilah peran bantuan keuangan dari pemerintah. Konsep ini dikenal dengan compensating variation.
Compensating variation adalah jumlah uang tambahan yang diperlukan untuk memulihkan tingkat utilitas asli individu jika harga barang yang dikonsumsi naik atau tidak lagi tersedia. Ini mengasumsikan bahwa harga dan ketersediaan semua barang lainnya tidak berubah.
Keberhasilan atau ketepatan compensating variation bergantung pada beberapa hal yaitu data penerima yang akurat (database), besaran kompensasi yang tepat, dan pemberian bantuan yang tepat waktu.
Teguh memprediksi kenaikan harga akan terasa 3–4 bulan ke depan, sehingga kompensasi harus diberikan dengan cepat minimal selama tiga bulan dengan besaran Rp100–150 ribu. Selain itu, pemerintah juga harus memberi perlindungan kepada UMKM yang terdampak.
Selain itu Teguh Dartanto juga mengatakan ada dampak positif dan negatif dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilakukan oleh pemerintah.
"Dampak positifnya adalah sistem keuangan negara akan lebih baik dan berkelanjutan; mendorong masyarakat untuk lebih berhemat dalam mengonsumsi BBM; serta mengurangi polusi udara sebagai upaya menjaga lingkungan yang lebih sehat," katanya.
Selain itu, kenaikan BBM juga dapat mendorong lahirnya industri-industri yang ramah lingkungan dan sektor Energi Baru Terbarukan (EBT).
Sedangkan dampak negatif dari kenaikan BBM adalah adanya kenaikan harga sehingga daya beli masyarakat menurun. Menurut Teguh, dengan adanya kenaikan BBM, angka inflasi pasti meningkat namun yang perlu dilakukan adalah bagaimana membuat angka inflasi tidak berlebihan atau dapat terkendali.
Editor: Risbiani Fardaniah
Dekan FEB UI sebut pemberian kompensasi untuk antisipasi inflasi tinggi
Senin, 19 September 2022 18:20 WIB