Ankara (ANTARA) - AS telah meminta Thailand untuk mengambil "tindakan konkret" guna meredakan ketegangan dengan Kamboja di tengah bentrokan perbatasan yang masih berlangsung antara kedua negara itu.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Thailand Tommy Pigott menyatakan bahwa melalui percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Sihasak Phuangketkeow pada Kamis (18/12), Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyampaikan keprihatinan Washington atas berlanjutnya kekerasan di sepanjang perbatasan serta menekankan perlunya untuk segera dapat mengurangi ketegangan.
Rubio juga mendesak Sihasak untuk mengambil tindakan konkret meredakan situasi dan agar Thailand kembali menerapkan Perjanjian Perdamaian Kuala Lumpur.
Secara terpisah, Menteri Pertahanan Thailand Jenderal Natthaphon Narkphanit pada Jumat mengonfirmasi bahwa pasukan Kamboja menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak pengintai Thailand, sebuah insiden yang disesalkan tetapi dinilai tidak dapat dihindari, lapor Thai Enquirer..
Ia menambahkan bahwa pesawat tak berawak yang jatuh itu adalah pesawat pengintai DP-20 (D-Eyes 04) dan mengakui bahwa Kamboja memiliki senjata pertahanan udara yang mampu menargetkan pesawat semacam itu.
Sementara itu, Kamboja menuduh Thailand menembakkan peluru artileri ke daerah sipil di provinsi Banteay Meanchey dan menyemprotkan gas beracun ke daerah desa Chok Chey di provinsi yang sama. Tuduhan tersebut berulang kali dibantah oleh pihak Thailand.
Militer Thailand memastikan target serangan mereka adalah sasaran militer, bukan warga sipil maupun infrastruktur sipil.
Menurut otoritas Thailand, selama bentrokan berlangsung, 21 tentara Thailand dan 16 warga sipil telah tewas, sementara Kementerian Dalam Negeri Kamboja menyatakan 18 warga sipil Kamboja telah tewas dan 78 lainnya terluka.
Pada Kamis, ribuan warga Kamboja juga mengadakan unjuk rasa perdamaian yang mendesak penghormatan terhadap perjanjian gencatan senjata.
Bentrokan terus berlanjut meskipun Presiden AS Donald Trump mengatakan pekan lalu bahwa para pemimpin kedua negara telah sepakat untuk menghentikan pertempuran.
Kedua negara telah menandatangani perjanjian perdamaian pada Oktober di Kuala Lumpur di hadapan Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Namun, perjanjian itu kemudian ditangguhkan setelah tentara Thailand terluka parah akibat ledakan ranjau darat di provinsi perbatasan.
Thailand dan Kamboja memiliki sejarah panjang Sengketa perbatasan yang berulang kali memicu kekerasan, termasuk bentrokan pada Juli lalu yang menewaskan sedikitnya 48 orang.
Sumber: Anadolu
