Bogor (Antara Megapolitan) - Puluhan warga di Perumahan PGRI Ciampea Endah 3, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat selama sebulan bulan ini kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga.
"Sudah satu bulan kami kesulitan air, kami harus mengangkat air dari `toren` penampungan agar bisa dapat air," kata Nurhayati (54) salah satu warga perumahaan saat ditemui Senin.
Nurhayati baru pindah sekitar dua bulan yang lalu. Awalnya kondisi air lancar. Tapi, pada pertengahan Juli, pasokan air mengalami gangguan hingga kini sehingga ia harus mengangkut air setiap jam 4 subuh dari saluran utama.
Menurut Koordinator Keamanan Perumahan PGRI Ciampea Endah 3, Aan, gangguan air pertama kali disebabkan oleh kerusakan mesin, setelah diperbaiki, gangguan kembali terjadi karena kehabisan token listrik.
Pihak developer belum mencairkan uang untuk biaya pembelian token listrik yang diakomodir oleh petugas keamanan, katanya.
"Selama ini kami dari keamanan yang menalangi pembelian token listrik, dana pencairan dari perusahaan belum keluar," kata Aan.
Untuk mengatasi persoalan token listrik untuk air, pihak keamanan memungut uang Rp10 ribu per rumah tangga. Selain itu, setiap bulan warga juga sudah dipungut iuran bulanan sebesar Rp30 ribu untuk air, kebersihan dan keamanan.
Setelah pemungutan dilakukan, kondisi air tidak juga berlangsung normal. Warga masih harus mengangkut air dari bak penampungan. Air yang dialiri oleh pihak keamanan dibatasi pada pukul 12.00 WIB, dan pukul 04.00 WIB.
"Setiap jam empat subuh kami harus mengangkut air, kalau tidak kebagian, kami tidak bisa mandi, masak atau mencuci, karena akan hidup lagi jam 12 siang," kata Acep warga lainnya.
Acep yang memiliki dua anak balita mengatakan air yang dialiri debitnya kecil sehingga tidak sanggup mengalir ke dalam rumah. Selain itu, kualitas air yang didistribusikan juga tidak bagus, berlumut dan berwarna kecokelatan.
"Padahal ini musim hujan, kami kesulitan air. Bagaimana kalau musim kemarau, kasihan tetangga yang sudah lansia, harus mengangkat air setiap pagi," kata Acep.
Sementara itu, menurut Bambang ketua RT setempat, warga sudah mengambil sikap dengan mendatangi langsung perusahaan Elang Group yang terletak di Jl Raya CIFOR pada 3 Agustus 2016. Perwakilan warga bertemu langsung dengan H Misbah pemilik perusahaan.
Dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa persoalan air akan diselesaikan secepatnya, dan menghentikan pungutan yang diambil oleh keamanan sampai air dapat mengalir dengan normal ke rumah warga.
"Sampai saat ini air tetap tidak mengalir ke rumah warga, warga masih harus mengangkut air termasuk saya," katanya.
Menurut Bambang, jaringan air untuk perumahan PGRI Ciampea Endah 3 disuplai dari tiga sumur yang dilengkapi bak penampungan dengan kapasitas lebih dari 50 ribu liter. Dari empat sumur tersebut, satu sumur telah mati, dan hanya berfungsi tiga.
Air tersebut menyuplai 200 unit rumah yang ada di Perumahan PGRI Ciampea 3.
Saat ini pengembang menambah unit rumah di PGRI Ciampea 4, dan memanfaatkan pasokan air dari perumahaan PGRI Ciampea 3 yang aliran terbatas.
"Kondisi ini juga menyebabkan pasokan air ke rumah warga PGRI 3 jadi terbatas. Harusnya perusahaan membuat sumur sendiri bagi PGRI 4," katanya.
Bambang mengatakan kesulitan air yang dialami warganya sudah berlarut-larut. Bahkan salah seorang warga dilarikan ke rumah sakit dan dirawat selama empat hari karena kelelahan harus mengangkut air setiap pagi hari.
"Warga sudah berupaya mendatangi developer, hasilnya tidak ada, warga juga sudah membuat sumur sendiri tapi tidak jadi solusi. Saya sudah buat sumur resapan, sudah kedalaman lima meter belum ada mata air. Tahun lalu saya buat sumur bor, juga tidak ada airnya," kata Bambang.
Warga Perumahan PGRI Krisis Air Bersih
Senin, 15 Agustus 2016 11:32 WIB
Sudah satu bulan kami kesulitan air, kami harus mengangkat air dari `toren` penampungan agar bisa dapat air.