Jakarta (ANTARA) - Yeremias Nana, Kepala Desa Takarai, mengatakan selama puluhan tahun, warga Takarai bergantung pada sumber air yang terletak lebih dari satu kilometer dari pemukiman.
Setiap hari, mereka harus menempuh jalan curam dan berbatu, membawa pulang air dalam jerigen dengan tenaga yang semakin menipis.
Alternatifnya adalah membeli air dari tangki, tetapi dengan harga yang bisa mencapai Rp200.000 per tangki, jumlah yang hampir setara dengan pendapatan rata-rata mereka dalam sebulan. Pilihan itu hampir mustahil dilakukan secara rutin.
Namun, keadaan mulai berubah ketika ada sejumlah pihak yang peduli, salah satunya Yayasan Solar Chapter Indonesia yang bekerja sama dengan Trisula Corporation yang membangun kolaborasi dan inisiatif bersama warga desa untuk membangun sistem pompa air tenaga surya.
Dalam waktu kurang dari satu pekan, fasilitas ini berhasil beroperasi, memungkinkan air bersih mengalir langsung ke desa.
Sistem ini bukan hanya menghemat waktu dan tenaga, tetapi juga membawa dampak besar terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Pompa air tenaga surya, misalnya, bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga berkelanjutan, mengingat sumber energi yang digunakan tidak memerlukan biaya operasional tinggi.
Panel surya yang dipasang di Desa Takarai menghasilkan output hingga 3.850 watt-peak, cukup untuk mengalirkan 40.000 liter air per hari ke bak penampungan dan jaringan distribusi.
Dari kisah Takarai, ada banyak hal yang bisa dipetik untuk diterapkan di daerah lain.
Pertama, keterlibatan komunitas lokal adalah kunci utama. Banyak proyek air bersih yang gagal bertahan dalam jangka panjang karena kurangnya rasa kepemilikan dari masyarakat yang menjadi penerima manfaatnya.
Kedua, teknologi yang digunakan harus sesuai dengan kondisi geografis dan sosial ekonomi setempat. Teknologi tinggi tanpa mempertimbangkan aspek keberlanjutan hanya akan menjadi solusi jangka pendek.
Ketiga, kolaborasi antara berbagai pihak termasuk pemerintah, swasta, komunitas, dan organisasi nirlaba perlu diperkuat.
Di Indonesia, banyak perusahaan baik swasta maupun BUMN memiliki program tanggung jawab sosial dan lingkungan atau CSR yang bisa diarahkan untuk mendukung pembangunan akses air bersih.
Tantangan air bersih memang masih besar, tetapi kisah dari Takarai menunjukkan bahwa perubahan itu mungkin.
Baca juga: Pemkab Bekasi bangun pipa jaringan distribusi utama tingkatkan pelayanan air bersih
Baca juga: Ahli: PAM perlu tiru layanan kota maju di dunia sediakan air kran bisa langsung diminum