Bogor (Antara Megapolitan) - Solidaritas Aksi Alumni (SAA) IPB melayangkan surat protes terkait kebijakan "green campus" untuk direvisi agar lebih berpihak kepada masyarakat khususnya tukang ojek yang beroperasi di dalam kampus.
"Ojek kampus dan pedagang menjadi korban nyata kapitalisasi dan pudarnya nilai Pancasila di kampus rakyat IPB," kata Koodinator Solidaritas Aksi Alumni (SAA-IPB), Harry Ara di Bogor, Selasa.
Menurutnya, jika berbicara green campus di IPB, kondisi saat ini jumlah pohon yang ada di kampus tersebut semakin sedikit, karena banyaknya pohon yang ditebang.
Harry mempertanyakan, apa konsep analisis mengenai AMDAL IPB, dan apakah dampak sosial dihilangkan dari pelaksanaan program green campus tersebut.
"Apakah benar, tidak ada roda dua di kampus dapat mengakibatkan pencemaran udara di lingkungan universitas yang melebihi baku mutu lingkungan (BML)," katanya.
Menurutnya, sudah separah apakah kualitas udara di kampus IPB sehingga masyarakat yang punya usaha ojek di kampus mencemari udara.
"Atau Rektor IPB yang sudah tidak punya visi kerakyatan dan jiwa Pancasila dalam memimpin IPB," katanya.
Harry mengatakan, seluruh civitas akademik harus berani melawan arus kebijakan green campus yang dianggap kerdil. Tidak sesuai dengan ajaran para dosen yang mengajarkan kami arti idealisme, arti kepekaan, dan membela rakyat khusus yang lemah.
"Album IPB punya semangat itu, dan kami yakin para dosen dan staf khususnya alumni dapat bersama-sama menyatakan untuk merevisi program green campus," katanya.
Revisi ini, lanjut dia, untuk mempertimbangkan keberadaan masyarakat yang terdampak dari kebijakan tersebut, mereka yang bekerja sebagai tukang ojek dan pedagang di kampus IPB.
"SAA-IPB mengusulkan dua hal kongkrit kepada Rektor IPB yakni, ojek kampus tetap beroperasi dengan difasilitasi motor listrik bebas polusi oleh PT BLST," ujarnya.
Menurutnya, motor listrik yang difasilitasi tersebut sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan milik IPB tersebut bagi masyarakat yang terkena dampak langsung kebijakan kampus.
"Usulan kedua, pedagang yang berasal dari masyarakat lingkar kampus diperbolehkan berdagang," katanya.
Selain itu, lanjut dia, pedagang juga bisa mendapat pelatihan kewirausahaan dan modal usaha serta konsep produk barang dan jasa yang menunjang program green campus dan khususnya produk makanan pedagang kecil.
"Pedagang ini juga harus mendapat pelatihan menyajikan makanan yang sehat, serta berasal dari produk unggulan IPB," katanya.
Ia mengatakan, IPB memiliki sumber daya manusia yang mumpuni untuk melakukan pemberdayaan pedagang di lingkar kampus. Pelatihan tersebut dapat ditanggung oleh PT BLST sebagai pertanggungjawaban sosial perusahaan tersebut.
"Kita dukung IPB untuk kemajuan, tetapi jangan membangun dengan menyakiti rakyat kecil," katanya.
Harry menambahkan, apabila masukan secara ilmiah dan rasional yang disampaikan oleh SAA-IPB tidak diakomodir, makan pihaknya bersama para pedagang dan ojek kampus akan menyelenggarakan mogok makan.
"Kami yakin rektor IPB dapat mengakomodir usulan dari SAA-IPB," katanya.
Kebijakan green campus IPB mendapat pro dan kontra dari sejumlah pihak terutama masyarakat dan tukang ojek yang keberatan dengan dilarangnya mereka beroperasi di dalam kampus. Bentuk protes disampaikan dengan melakukan unjuk rasa baik dilakukan ojek maupun masyarakat yang melakukan pemblokiran.
Semenara itu Rektor IPB Prof Herry Suhardiyanto mengatakan program Green Campus telah dirancang sejak 2005, dengan tujuan keamanan, kenyamanan dan berwawasan lingkungan.
"Tujuan utama dari program ini mengajak civitas kampus untuk lebih ramah lingkungan dengan memaksimalkan penggunaan sepeda," kata Herry.
Herry mengatakan, kuantitas penggunaan kendaraan bermotor di IPB mengalami peningkatan dari tahun 2014 sebanyak 3.076 menjadi 10 ribu unit di tahun 2015. Begitu juga dengan mobil, dari 619 menjadi 1.267 unit, termasuk jumlah ojek yang beroperasinya dari 10 unit kini menjadi 217 unit.
Selain itu, lanjut dia, tingginya kuantitas kendaraan di dalam kampus IPB, akses jalan yang terbuka membuat sistem keamanan di kampus tersebut menjadi lemah.
"Banyak kejadian kriminalitas terjadi, seperti pencurian laptop, handphone, pencurian motor, bahkan penembakan dua petugas keamanan kita juga dilakukan oleh pengguna motor," katanya.
Menurutnya, program green campus mengajak semua civitas IPB untuk menggunakan sepeda atau membudayakan berjalan kaki. Bagi yang tidak bisa mengendarai sepeda disiapkan alternatif mobil listrik, dan bus kampus.
"Ini pilihan, silakan mau menggunakan sepeda, atau mobil listrik dan bus kampus," katanya.
Solidaritas Alumni IPB Minta "Green Campus" Direvisi
Selasa, 29 Maret 2016 22:08 WIB
Ojek kampus dan pedagang menjadi korban nyata kapitalisasi dan pudarnya nilai Pancasila di kampus rakyat IPB.