Menurut Direktur Utama Perumda Tirta Pakuan Rino Indira Gusniawan saat diwawancara khusus dengan ANTARA di Kota Bogor, Selasa, mengungkapkan untuk mencapai percepatan pengembangan saluran air ke Mulyaharja itulah perusahaannya berencana mengajukan pinjaman sebesar Rp64 miliar kepada perbankan.
"Kita pernah dengar enggak masyarakat bilang tidak mau pakai air? Kan enggak. Masyarakat selalu 'demand' air itu pasti ada. Tapi kita yang kekurangan menyuplai air. Nah itu kenapa kita akan melakukan itu (pinjaman dana)," ujarnya.
Baca juga: Tirta Kahuripan dan Tirta Pakuan kerja sama optimalkan layanan di perbatasan Bogor
Rino menjelaskan Perumda Tirta Pakuan yang telah meraih penghargaan PERPAMSI Award 2021 kategori BUMD Air Minum Sehat dengan Inovasi Teknologi Informasi, tidak ingin hanya puas sampai di situ.
Pengembangan bisnis untuk melayani wilayah perbatasan di Mulyaharja dinilai sangat potensial dilihat dari rencana pembangunan daerah yang akan dilakukan pemerintah Kota Bogor di sana.
"PDAM belum masuk di sana, belum ada pipa kita di sana, belum ada pelanggan kita di sana. Ada mata air di salah satu desa, tapi mereka hanya pakai pipa saja, belum ada PDAM-nya," katanya.
Rino menuturkan, Tirta Pakuan yang ditarget dapat melayani 100 persen masyarakat 'kota hujan', yang secara administratif baru mencapai 63 persen menurut perhitungan pemerintah pusat mulai merancang rencana pengembangan bisnis penyediaan air di Mulyaharja untuk mencapainya.
Baca juga: Perumda Tirta Pakuan minta pengajuan utang Rp64 miliar
Sebetulnya, layanan air minum Perumda Tirta Pakuan telah mendekati 100 persen melayani masyarakat Kota Bogor, jika perhitungan satu sambungan air ke rumah atau bangunan warga 1:6 orang seperti beberapa tahun lalu.
Angka 63 persen muncul dari perhitungan baru pemerintah pusat mengenai layanan air minum per sambungan 1:4 orang.
Perhitungan itu didapat dari data jumlah warga Kota Bogor dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang disesuaikan oleh pemerintah pusat sehingga satu rumah dianggap satu keluarga dengan jumlah rata-rata empat orang.
"Di Kota Bogor, hasil BPS itu empat orang, padahal belum tentu satu rumah isinya empat, karena bisa saja satu rumah ada empat keluarga, dua keluarga," ungkapnya.
Baca juga: Pansus Raperda perubahan Perumda Tirta Pakuan ikuti FGD dengan Kemendagri
Meskipun, kata Rino, kebanyakan padat penduduk berada di daerah pusat kota, potensi wilayah perbatasan yang saat ini belum benar-benar ramai seperti Mulyaharja, jika teknologi saluran air Perumda Tirta Pakuan sampai ke sana menyambut berbagai pembangunan, maka potensi 100 persen masyarakat terlayani secara adminitratif akan terpenuhi dengan menyebar masyarakat dari pusat kota ke wilayah.
Pengembangan teknologi saluran air minum di Mulyaharja itu membutuhkan sekitar Rp40 miliar dari teknologi pengolahan hingga penyaluran berupa pipa-pipa utama.
Sisanya, sekitar 20-24 miliar akan digunakan untuk menurunkan faktor kehilangan air akibat kebocoran pipa-pipa saluran utama yang telah ada saat ini dan berumur puluhan tahun.
"Jaringan di Kota Bogor mau kita produksi sebanyak apapun, suka bocor, karena apa, pipa-pipanya udah tua, pipa-pipanya sudah semerawut di bawah, kita mau rapikan nih, supaya kehilangan airnya turun, supaya pengalirannya 24 jam, supaya jumlah pelanggannya naik," jelas Rino.