Jakarta (ANTARA) - Ketika para pelaku UMKM didorong untuk bermigrasi ke platform e-commerce sebagai solusi populer untuk memperluas pasar, ada potensi dampak negatif yang terjadi.
Digitalisasi UMKM sebagai upaya meningkatkan daya saing ekonomi nasional, harus mempertimbangkan baik buruk yang mungkin timbul belakangan.
Ada ancaman tak kasat mata yang jarang disoroti yakni ketergantungan yang berlebihan pada satu platform e-commerce yang dikhawatirkan dapat menjebak UMKM dalam perangkap rentan yang sulit dilepaskan.
Sebut saja perubahan algoritma pada platform lokapasar atau marketplace sering kali membawa dampak besar bagi penjual yang bergantung pada visibilitas produk mereka.
Misalnya, Etsy, pada 2019 memprioritaskan daftar produk dengan pengiriman gratis dan peringkat tinggi, yang menyebabkan banyak penjual kecil kehilangan visibilitas.
Penjual yang tidak mampu menawarkan pengiriman gratis karena margin keuntungan yang tipis melihat penurunan drastis dalam penjualan mereka. Hal ini menunjukkan pentingnya adaptasi terhadap kebijakan baru untuk bertahan di tengah persaingan.
Bagi pelaku UMKM, onboarding atau proses mendatangkan dan mempersiapkan pelanggan baru secara daring ke platform digital sering kali terasa seperti menggapai "pintu emas" menuju kesuksesan instan.
Sistem yang serbaotomatis, promosi masif, dan akses mudah ke jutaan konsumen adalah godaan yang sulit ditolak. Namun, ketergantungan pada satu platform menempatkan mereka di bawah kendali penuh algoritma, kebijakan, dan dinamika pasar yang tidak bisa mereka kendalikan.
Kebergantungan ini tidak hanya melemahkan daya tawar UMKM, tetapi juga mengikis kemampuan mereka untuk membangun hubungan langsung dengan konsumen.
Sebagian besar pelanggan di platform e-commerce adalah "milik" platform, bukan pedagangnya.
Data konsumen, analisis perilaku, hingga strategi pemasaran sering kali terisolasi di dalam ekosistem platform, meninggalkan UMKM dalam situasi di mana mereka tidak punya kendali atas aset terpenting mereka.
UMKM perlu mengubah cara pandang mereka terhadap digitalisasi. E-commerce adalah salah satu alat, bukan tujuan akhir. Mengandalkan satu platform saja sama seperti membangun rumah di atas tanah yang bukan milik sendiri: rentan dan berisiko. Di sinilah pentingnya diversifikasi dan penguatan otonomi digital bagi UMKM.
Salah satu solusi strategis adalah memanfaatkan pendekatan omnichannel. UMKM dapat memadukan kehadiran mereka di berbagai platform e-commerce dengan membangun saluran penjualan langsung, seperti situs web independen, toko di media sosial, atau aplikasi pesan instan.
Dengan cara ini, mereka tidak hanya menyebar risiko, tetapi juga memperluas peluang untuk menciptakan hubungan langsung dengan konsumen.
Selain itu, literasi digital dan data menjadi kunci. UMKM perlu dilatih untuk memahami data konsumen yang mereka miliki dan memanfaatkannya untuk menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih personal dan berkesan.