Jombang, (Antara Megapolitan) - Kyai sepuh KH Maimoen "Mbah Moen" Zubair sangat mengharapkan agar warna Nahdlatul Ulama bersatu kembali pasca-Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur pada 1-5 Agustus 2015.
"Itu harapan `Mbah Moen` saat kami bersilaturrahmi di sela-sela muktamar ini," kata Cendekiawan muda NU Dr Ifan Haryanto MSc kepada Antara di sela-sela muktamar, di Jombang, Jawa Timur, Rabu.
Ifan yang juga Ketua Pengurus Cabang NU Kota Bogor Jawa Barat bersama Ketua Program Studi Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM) Dr Jaenal Effendi MA, bertemu Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jateng itu untuk bersilaturrahmi sekaligus meminta nasihat.
Mengutip "Mbah Moen", ia menjelaskan bahwa NU sejak berdiri hingga saat ini selalu diwarnai dinamika yang "ramai", namun hal itu adalah hal biasa.
"Dan itu justru dianggap positif," kata "Mbah Moen".
Karena itu, ia menyebut adalah lazim bahwa dalam setiap muktamar yang umumnya diwarnai "gegeran" (perbedaan pendapat tajam), maka setelah hajat muktamar selesai hendaknya semua warga "Nahdliyin" kembali "ger ger-an" (bersendau gurau).
"Jadi, pasca-muktamar semuanya harus `happy` dan bergembira," tambahnya.
"Mbah Moen" merinci bahwa cara membuat semua warga NU adalah siapapun pimpinan NU terpilih dapat merangkul dan mengakomodasi semua pihak.
Secara khusus, "Mbah Moen" juga memberikan nasihat hendaknya pimpinan NU terpilih menempatkan keluarga pendiri NU harus masuk dalam kepengurusan mendatang.
Di antaranya adalah keluarga KH Hasyim Asy`ari, dan KH Abdul Wahab Hasbullah.
Mengurus pesantren
Sementara itu, ketika ditanya soal kesediaannya menjadi Rais Aam Syuriyah PBNU dalam kepengurusan mendatang setelah KH Mustofa "Gus Mus" Bisri, menurut Ifan, "Mbah Moen" menegaskan ketidaksediannya.
Ia menegaskan akan fokus mengurus pesantren karena saat ini cukup banyak yang tidak mengurus.
"Banyak santri-santri yang mesti saya urus, dan juga urusan kitab kuning dan pesantren," katanya.
"Mbah Moen"menegaskan sekali lagi permintaannya agar siapapun yang menjadi pimpinan NU harus merangkul semua pihak.
Para "muktamirin" menyepakati pemberlakuan mekanisme pemilihan Rais Aam PBNU melalui "Ahlul Halli Wal Aqdi" atau AHWA (musyawarah mufakat) oleh sembilan ulama sepuh/senior pada Muktamar Ke-33 NU di Jombang.
"Mbah Moen" sendiri adalah satu dari sembilan yang terpilih untuk menentukan siapa pemimpin tertinggi NU lima tahun mendatang.
Ulama senior lainnya adalah KH Ma`ruf Amin (Jakarta), KH Nawawi Abdul Djalil (Sidogiri, Pasuruan, Jatim), KH Cholilurrahman (Kalsel), KH Ali Akbar Marbun (Sumut), KH Dimyati Rois (Jawa Tengah), KH Mas Subadar (Pasuruan, Jatim), KH Tuan Guru Turmudzi Baidrudin (Nusa Tenggara Barat), KH Maktum Hanan (Jawa Barat), dan dan KH Sanusi Baco (Sulawesi Selatan).
Sebanyak sembilan kyai dipilih untuk menentukan siapa pemimpin tertinggi NU lima tahun mendatang.
"Mbah Moen" Ingin NU Bersatu Pasca-Muktamar
Rabu, 5 Agustus 2015 18:04 WIB
Jadi, pasca-muktamar semuanya harus `happy` dan bergembira.