Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian mengusulkan agar pelaku industri kecil menengah (IKM) terdampak COVID-19 mendapat bantuan pinjaman lunak senilai total Rp26,9 triliun.
“IKM cukup terpukul dengan penurunan permintaan hingga 90 persen. Kami terus mendukung IKM untuk menjangkau pelanggan lewat penjualan online,” kata Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Gati Wibawaningsih lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.
Gati menyampaikan, dana itu termasuk dalam anggaran pemerintah untuk penanganan COVID-19 di sektor ekonomi sebesar Rp150 triliun. Anggaran tersebut rencananya akan digelontorkan pemerintah kepada UMKM melalui perbankan.
Baca juga: UMKM bidang industri di Bekasi bertahan saat pandemi COVID-19
Kemenperin mengusulkan dua skema yang akan membantu IKM menghadapi krisis. Dari Rp26,9 triliun yang diusulkan, sebesar Rp22 triliun akan ditujukan khusus sebagai pinjaman pengadaan bahan baku dan Rp4,9 triliun untuk restrukturisasi kredit.
Kedua, skema itu diharapkan dapat diberikan kepada IKM tanpa beban bunga. Sementara itu, untuk skema pembayaran listrik, THR, dan karyawan yang terdampak PHK telah dibuatkan skema tersendiri oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Selanjutnya, Kemenperin telah mengajukan sekitar 987 ribu pelaku IKM yang terdampak kepada Kemenko Perekonomian untuk mendapatkan bantuan melalui kartu prakerja.
Baca juga: Berita Kemarin, 50 ribu alat tes COVID-19 hingga pinjaman lunak kepada IKM
Selain kartu prakerja, Kemenperin juga akan menyiapkan berbagai pelatihan yang ditujukan kepada industri menengah sehingga mereka mampu meningkatkan kemampuan dalam mengelola usahanya.
Baca juga: Kemenperin sebut produksi baja ringan di Indonesia masih kurang
“Kami sedang menyiapkan program pelatihan yang akan bekerjasama dengan sejumlah universitas yang ditujukan untuk industri menengah,” ungkap Gati.
Walaupun pelatihan ini berfokus pada sektor industri menengah, Gati mengungkapkan manfaatnya juga akan dirasakan oleh pelaku industri kecil. Artinya, industri menengah akan menjadi trainners yang membantu atau bahkan bekerja sama dengan pelaku industri kecil untuk maju dan bangkit kembali.
“Industri kecil dan menengah memiliki keterkaitan. Apabila industri menengah membutuhkan bantuan untuk memenuhi pesanan, mereka bisa mendapatkan suplai dari industri kecil. Sehingga melalui program ini, pelaku industri menengah diarahkan menjadi trainners sekaligus membangun ekosistem industri,” paparnya.