Jakarta (ANTARA) - Pergelaran wayang kulit jika dimaknai ataupun dibaca hanya sekadar tontonan maka akan pendek tertelan waktu, tetapi jika simbol yang menjelaskan situasi bangsa dan negara atau dunia saat ini tentunya akan menjadi menarik.
Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Panitia Pergelaran Wayang Kulit Universitas Pancasila 2019 Ade Saptono di Jakarta, Sabtu malam.
Karena menarik kata Ade maka penonton akan mengetahui sebenarnya apa yang terjadi dibalik tontonan wayang kulit tersebut, baik itu bagi masyarakat, bangsa, negara bahkan dunia.
Baca juga: Universitas Pancasila tingkatkan mutu pendidikan dengan lahirkan SDM yang kompetitif
Untuk itu kata Ade yang juga Dekan Fakultas Hukum Universitas Pancasila tersebut maka kita memainkan simbol kejadian kekinian dalam pergelaran Wayang Kulit, maka akan menarik dan tak akan hilang.
Mainkan perankan sesuai dengan momentum kekinian, karena jika momentumnya tidak sesuai maka masyarakat juga tidak bisa menikmati tontonan dan tuntunan.
Universitas Pancasila menggelar wayang kulit dengan Lakon Brojodento Labuh yang menceritakan Brojodento sebagai putra bangsawan Negeri Pringgondani punya hak menjadi Raja Pringgodani, namun yang bersangkutan bersedia menyerahkan hak tersebut tanpa pamrih kepada anak kakak perempuannya (Dewi Arimbi), yaitu Raden Gatutkaca.
Baca juga: Universitas Pancasila siapkan para mahasiswa menjadi entrepreneur muda
Sebelum pelantikan Gatotkaca sebagai Raja, Brojodento diprovokasi, dibujuk-bujuki, diiming-imingi, dengan segala cara dan akal busuk oleh Sengkuni.
Di awal sang bangsawan terpengaruh tapi akhirnya sadar dan memilih Labuh, yaitu mengabdi dan bekerja sepenuh hati untuk kemajuan kerajaan (institusi).
Dalam konteks Bangsa Indonesia lanjut Ade dimana saat ini telah dilantiknya presiden dan sudah terbentuknya kabinet. Kerukunan kabinet Indonesia Maju Jokowi menjadi menarik semua masuk dalam satu kemajemukan Indonesia.
Dalam cerita Wayang juga seperti itu semua berkumpul bersama membangun kerajaan. Jika ini terjadi maka pembangunan akan terjadi dua kali lipat lebih cepat yang menggambarkan sungguh-sungguh seperti itu.
Pergelaran Wayang Kulit juga bisa menjadi diplomasi Kebudayaan bagi bangsa Indonesia, karena dari Sabang sampai Merauke kebudayaan Indonesia mencapai ribuan jenisnya.
"Inilah yang seharusnya menjadi kekuatan bangsa Indonesia," kata Dekan FHUP.
Baca juga: Universitas Pancasila bina mahasiswa menjadi wirausahawan tangguh
Amerika Serikat katanya sebagai negara adidaya karena kekuatan militernya sehingga menguasai dunia, Indonesia kekuatannya di budaya.
Pergelaran Wayang Kulit Universitas Pancasila ini merupakan rangkaian dari Dies Natalis UP ke-53. Selain itu menyambut peresmian terhadap kelengkapan sarana prasarana Fakultas Hukum Universitas Pancasila.
Pergelaran Wayang Kulit Universitas Pancasila ini dengan menampilkan Dalang ternama Ki Anom Suroto, Ki Bayu Aji Pamungkas dengan Pesinden Hesti Rahayu.
Pergelaran wayang kulit memainkan simbol kekinian akan lebih menarik
Minggu, 3 November 2019 9:37 WIB
Inilah yang seharusnya menjadi kekuatan bangsa Indonesia.