Depok (ANTARA) - Peneliti sosial vokasi Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menilai hingga Kamis petahana masih terlalu kuat, bahkan belum ada tokoh yang sebanding untuk bertarung pada Pilkada 2020.
"Kenapa petahana di atas angin? Karena prestasi yang bisa meyakinkan publik dan banyaknya massa yang kuat," kata Devie dalam acara Diskusi Politik "Siapa Penantang Petahana di Pilkada 2020 Ditinjau dari Perspektif Akademisi, Pers, dan Masyarakat" di Depok, Kamis.
Menurut dia, minimal penantangnya bisa menyamai prestasi atau menambahi program yang sudah ada. Namun, sayangnya untuk menandinginya sampai saat ini belum ada.
Saat ini, Kota Depok dipimpin oleh Wali Kota Mohammad Idris yang diusung PKS dan Pradi Supriatna yang diusung oleh Partai Gerindra.
Baca juga: KPU Depok mulai siapkan program dan anggaran Pilkada 2020
Peneliti Sosial Vokasi UI bersama dengan Depok24jam melakukan penelitian panjang dan besar untuk menemukan sebuah teori tentang kebangkitan lokalitas melalui jaringan media sosial. Penelitian ini menyoroti teknologi saat ini telah memfasilitasi kemandirian warga dalam aspek sosial, budaya, bahkan politik.
Penelitian ini salah satunya menyoroti dinamika masyarakat dalam menilai kepemimpinan kotanya. Dalam polling sederhana terhadap 2.800 warganet di kanal Instagram akun depok24jam, ditemukan bahwa masyarakat belum menemukan sosok lain sebagai salah satu calon pemimpin Depok.
Devie mengatakan bahwa petahana dengan sederet prestasi, yaitu 10 program unggulannya, memang sudah menunjukkan kerja nyata, yang akan menjadi pekerjaan besar bagi siapapun penantangnya. Warganet Depok sudah matang dan rasional.
Terbukti, melalui polling di Instagram ini, mereka tidak secara spesifik memilih calon dengan latar belakang kelompok/partai tertentu. Bagi mereka yang terpenting ialah mampu mengimplementasikan gagasan dan janji politiknya.
"Harapan ke depan bagi siapa pun yang terpilih, harus terus memelihara monumen kemajuan yang sudah dibangun oleh pemimpin sebelumnya agar posisi Kota Depok yang sudah baik, tinggal terus melaju, lepas landas, dengan monumen-monumen lama dan baru," katanya.
Baca juga: Survei: Sosok wali kota Depok mendatang tak melihat asal partai
Baca juga: PKS Depok siapkan lima kader internal maju jadi calon Wali Kota
Pemimpin berikutnya diharapkan dapat fokus hanya pada beberapa program sehingga dalam waktu yang singkat, seluruh program dapat diwujudkan. Pasalnya, seluruh sumber daya energi, manusia, dan waktu dikerahkan untuk mewujudkan hal tersebut.
"Menjadi seorang pemimpin, jangan terobsesi menjadi seorang superman yang bisa menyelesaikan seluruh persoalan. Yang terpenting ialah mampu menunjukkan kerja nyata dan mewariskan prestasi yang mumpuni," katanya.
Sementara itu, pengamat kebijakan publik dari UI Lisman Manurung menuturkan untuk menjadi pemimpin haruslah berkolaborasi. Apalagi Depok yang mempunyai kampus terbaik di Indonesia yaitu UI.
UI katanya mempunyai SDM yang mumpuni sehingga bisa saling berkolaborasi untuk memajukan Kota Depok.
Baca juga: KPU Depok ajukan anggaran Pilkada sebesar Rp64 miliar
Dalam politik kata dia harus juga ada keberlanjutan dalam pembangunan sehingga pemimpin ke depan bisa melanjutkan apa-apa yang sudah dikerjakan oleh pemimpin sebelumnya untuk kepentingan masyarakat.
"Jadi, perlu tokoh yang harus memahami kepentingan masyarakat luas," katanya.
Petahana Depok masih terlalu kuat di Pilkada 2020
Kamis, 19 September 2019 21:57 WIB
Kenapa petahana di atas angin? Karena prestasi yang bisa meyakinkan publik dan banyaknya massa yang kuat.