Bogor (Antaranews Megapolitan) - Industri halal kini tengah mendapatkan perhatian yang tinggi di dunia internasional. Permintaan untuk produk halal tidak hanya berasal dari negara-negara muslim tetapi juga dari negara-negara non-muslim. Oleh karena itu, diskusi tentang rantai pasokan halal ini sangat diperlukan.
Hal ini disampaikan Dr. Khalid Alkhalifa, anggota Keluarga Kerajaan Bahrain sekaligus Ketua Eksekutif dan Ketua Dewan Pengawas, University College of Bahrain saat menjadi Keynote Speaker pada acara Seminar Internasional Ekonomi Islam, Departemen Ilmu Ekonomi Syariah IPB, di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga, Bogor (10/12).
Dr. Khalid mencontohkan dalam industri makanan misalnya, aspek produksi menjadi titik fokus karena prosesnya meliputi bahan-bahan, kebersihan dan pencampuran makanan.
“Makanan dan jasa tidak cukup hanya sekedar halal, namun juga harus dalam kondisi baik untuk dikonsumsi dan halalan toyyiban. Halalan toyyiban ini mencakup kebersihan, kualitas, logistik dan keamanan,” ujarnya.
Dr. Khalid juga menegaskan bahwa konsep rantai pasokan halal seharusnya diperkenalkan tidak hanya pada sektor makanan, tetapi juga sektor lain seperti kosmetik, farmasi, jasa keuangan, bahkan pariwisata dan produk-produk rekreasi lainnya.
Sementara itu, Dr. Sutan Emir Hidayat, Dekan Sekolah Bisnis, University College of Bahrain mengatakan bahwa saat ini konsumen tidak hanya menginginkan produk halal, tapi juga halal secara prosesnya.
“Dengan kata lain, halal harus dari hulu sampai hilir, mulai proses produksi hingga ke tangan konsumen,” tuturnya.
Dr. Sutan menerangkan bahwa Bahrain saat ini menjadi negara muslim yang fokus dalam pengembangan industri halal. Hal ini dibuktikan dengan peringkat Bahrain dalam State of the Global Islamic Economy Report 2018. Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Thomson Reuters ini, Bahrain berada di posisi 10 teratas untuk keuangan Islam, obat-obatan dan kosmetik halal dan sektor media halal. Ekosistem keuangan Islam di Bahrain juga merupakan yang terbaik kedua setelah Malaysia.
Menurutnya, hal tersebut dikarenakan Bahrain mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Jika Indonesia ingin berkembang dan menjadi pusat keuangan Islam dunia, maka peran dan dukungan pemerintah mutlak diperlukan.
Salah satu bentuk dukungan Pemerintah Bahrain dalam pariwisata halal yaitu pemerintah telah mengumumkan beberapa proyek pariwisata yang tersedia untuk investor swasta sebagai peluang investasi publik-swasta.
Sementara itu, Dr. Sutan Emir Hidayat, Dekan Sekolah Bisnis, Universitas Bahrain yang turut hadir mengatakan bahwa saat ini, konsumen tidak hanya menginginkan produk halal, tapi juga halal secara prosesnya. Dengan kata lain, halal harus dari hulu sampai hilir, mulai proses produksi hingga ke tangan konsumen,” tuturnya.
Selain Bahrain, saat ini Malaysia berada di urutan pertama Global Islamic Economy (GIE) Indicator dalam laporan Thomson Reuters itu dan menjadi negara nomor satu dalam makanan halal, keuangan Islam, dan pariwisata halal.
Prof. Dr. Irwandi Jaswir, Direktur International Institute for Halal Research and Training (INHART), International Islamic University Malaysia (IIUM) mengatakan bahwa halal merupakan sumber baru dalam pertumbuhan ekonomi.
Prof. Iswandi Jaswir adalah alumnus Teknologi Pangan IPB, penerima penghargaan bergengsi “King Faisal International Prize 2018” yang diserahkan langsung oleh Raja Salam bin Abdul Aziz Al Saud di Riyadh, Saudi Arabia, Maret lalu atas kontribusi besarnya dalam pengembangan Halal Science yang berkat penemuannya akan mempermudah umat Islam dalam mendeteksi unsur haram pada makanan atau produk lainnya seperti obat dan kosmetik. Banyak orang kemudian menjulukinya “Profesor Halal”.
Menurutnya, kesuksesan Malaysia dalam industri halal dikarenakan Malaysia memiliki halal ekosistem yang lengkap meliputi produksi, jasa, infrastruktur, kapasitas sumberdaya manusia dan dukungan pemerintah.
Dalam seminar ini juga diurai upaya pemerintah Indonesia dalam mendukung industri halal yang disampaikan oleh Prof. Bambang Soedibyo, selaku Direktur Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Prof. Bambang mengatakan, BAZNAS memberikan dukungan keuangan dan teknis untuk banyak wirausaha mustahik kecil dalam penghasilan dan pemasaran produk-produk halal melalui program pemberdayaan mustahik salah satunya dengan pembiayaan mikro untuk wirausaha mustahik.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Sistem Informasi IPB, Prof. Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat M.Sc. F.Trop mengatakan bahwa sebagai perguruan tinggi, IPB juga memperhatikan masalah halal ini secara khusus dan tentang bagaimana memperbaiki isu-isu agroindustri halal secara umum.
“Sebagai contoh, IPB dan para ahli telah secara aktif terlibat dalam isu halal seperti penelitian, inovasi, inkubator bisnis dan lain-lain. Bahkan IPB memiliki pusat penelitian halal yang memiliki tugas khusus dalam hal halal. Ini karena kami menyadari pentingnya masalah ini,” ujarnya.
Seminar yang diinisiasi Departemen Ilmu Ekonomi Syariah IPB dan Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syari'ah (CI-BEST) ini turut dihadiri Dr. Tawat Noipom, Direktur Halal Institute, Prince Songkla University Thailand, Dr. Subandriyah Kepala Bidang Kerjasama Jaminan Produk Halal, BPJPH, Kementerian Agama RI, Prof. Khaswar Syamsu, Kepala Pusat Studi Halal IPB, dan Riko Wardhana, Group Head Digital Banking, Bank Syariah Mandiri. (Rz/Zul)
Anggota keluarga Kerajaan Bahrain datang ke IPB bicarakan pentingnya manajemen rantai pasok halal
Jumat, 28 Desember 2018 10:34 WIB
Makanan dan jasa tidak cukup hanya sekedar halal, namun juga harus dalam kondisi baik untuk dikonsumsi dan halalan toyyiban.