Karawang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat menggulirkan program Satu Desa Satu Sarjana dalam Gebyar Program Keluarga Harapan 2025, sebagai salah satu upaya menekan angka kemiskinan sekaligus meningkatkan sumber daya manusia.
"Kami ingin memastikan setiap desa memiliki minimal satu sarjana. Para sarjana ini kelak bisa menjadi teladan dan bukti nyata bahwa pendidikan mampu mengangkat derajat keluarga dari garis kemiskinan," kata Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein, di Purwakarta, Rabu.
Ia mengatakan, program Satu Desa Satu Sarjana lahir dari tekad Pemkab Purwakarta memberikan akses pendidikan tinggi bagi anak-anak keluarga kurang mampu.
Bupati menekankan tentang pentingnya mengubah pola pikir masyarakat terkait kemiskinan, yang menurutnya merupakan akibat dari sebab yang ditanam.
Baca juga: Program Keluarga Harapan di Purwakarta telah berhasil kurangi kemiskinan
"Kita harus berupaya menghasilkan uang dengan berusaha dalam berbagai bidang. Kebiasaan masyarakat yang menghabiskan modal usaha untuk menyekolahkan anak harus diubah. Pendidikan anak harus menjadi investasi yang meningkatkan perekonomian keluarga," katanya.
Sementara itu, catatan Pemkab Purwakarta, pada tahun 2022, angka kemiskinan di wilayah Purwakarta turun dari tahun sebelumnya menjadi 8,70 persen.
Penurunan angka kemiskinan juga terjadi pada tahun 2023, yang angkanya menjadi 8,46 persen. Begitu juga pada tahun 2024, angka kemiskinan mengalami penurunan drastis dibanding dengan tahun sebelumnya, menjadi 7,16 persen.
Namun meski terjadi penurunan, tapi angka kemiskinan pada tahun 2024 kategorinya itu masih cukup tinggi.
Baca juga: 43 ribu warga Purwakarta penerima manfaat PKH
Sekda Jawa Barat Herman Suryatman menyampaikan, program Satu Desa Satu Sarjana ini cukup bagus karena tidak hanya membantu keluarga untuk keluar dari garis kemiskinan, tetapi juga melahirkan anak-anak yang berpendidikan tinggi.
"Targetnya 250 sarjana, sementara jumlah desa hanya 183. Artinya, satu desa bisa memiliki lebih dari satu sarjana. Ini patut diapresiasi," katanya.
Atas hal tersebut, Sekda akan mempertimbangkan untuk mereplikasi program tersebut ke kabupaten/kota lain di wilayah Jawa Barat.
Menurut dia, program Satu Desa Satu Sarjana ini sangat penting untuk memutus rantai kemiskinan. Dengan pendidikan yang baik, anak-anak dari keluarga miskin diharapkan dapat memiliki kehidupan yang lebih baik dari orang tuanya.
"Jawa Barat memiliki angka kemiskinan 7,02 persen, dan kami akan terus berupaya menurunkannya hingga menjadi yang terendah di Indonesia pada tahun 2029," katanya.
