Bandarlampung (ANTARA) - Dua mahasiswi jurusan Teknologi Hasil Pertanian (THP) angkatan 2022 Universitas Lampung (Unila), Wulan Nur Aisyah dan Dea Meranda, meraih medali perak pada kategori esai presentation pada ajang International Youth Summit (IYS) Competition di Kuala Lumpur, Malaysia.
Kompetisi ini merupakan ajang internasional yang diinisiasi Universitas Sains Islam Malaysia (USIM) dengan Sentosa Foundation untuk mempertemukan pemuda dan pemudi berbakat dari berbagai negara untuk mencari solusi terhadap berbagai isu global, serta mengembangkan kepemimpinan, inovasi, dan kewirausahaan.
"Kami percaya, anak muda bukan hanya sebagai generasi penerus, tetapi juga sebagai generasi penggerak perubahan," kata Dea terkait prestasinya tersebut dalam pernyataan di Bandarlampung, Selasa.
Baca juga: Universitas Lampung sebut pengusulan Guru Besar melalui tahapan secara ketat
Keduanya meraih prestasi atas tema karya ilmiah yang dipilih adalah bidang kesehatan berjudul "Potential Pineapple Leaf Fiber Tea as an Organic Tea Bag Material to Reduce Microplastic Pollution".
Dia menjelaskan topik ini diangkat karena adanya permasalahan serius terkait polusi mikroplastik pada beberapa kantong teh yang digunakan secara luas masyarakat.
Data menunjukkan bahwa beberapa merek teh terkenal di Indonesia melepaskan lebih dari 1.000 partikel mikroplastik ke dalam air panas selama proses penyeduhan.
"Mikroplastik ini dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan, seperti gangguan pencernaan, inflamasi, gangguan hormonal, hingga potensi kanker," ujarnya.
Melihat fakta tersebut, Dea bersama Wulan, menciptakan inovasi kantong teh organik dari serat daun nanas yang terbukti biodegradable, bebas mikroplastik, dan aman dalam air panas.
Baca juga: Unila sebut Cabub Pesawaran Aries Sandi pernah terdaftar di Fakultas Hukum tahun 2004
Serat daun nanas dipilih karena memiliki kandungan selulosa yang tinggi, mudah terurai, serta merupakan limbah pertanian dengan ketersediaan melimpah di Lampung, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.
Hasil dari riset yang telah mereka lakukan menunjukkan bahwa bahan inovasi yang mereka ciptakan terbukti kuat, tahan panas, dan tidak melepaskan zat berbahaya saat digunakan sebagai kantong teh sehingga aman bagi kesehatan.
"Lewat riset ini, kami ingin menunjukkan limbah tak terpakai seperti daun nanas pun bisa menjadi solusi untuk masalah global seperti polusi mikroplastik. Kami percaya, anak muda bukan hanya sebagai generasi penerus, tetapi juga sebagai generasi penggerak perubahan," ujar Dea.
Menurut dia, inovasi ini tidak hanya berfokus pada aspek kesehatan, tetapi juga berupaya mengimplementasikan hasil riset dalam bentuk edukasi kepada masyarakat, kolaborasi industri, dan pengujian daya tahan serat untuk produksi masal.
Baca juga: Empat mahasiswa FEB Unila juara dua paper internasional
Melalui langkah-langkah tersebut, inovasi ini sekaligus mendukung program pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada poin Good Health and Well-Being.
Melalui riset ini, keduanya ingin menunjukkan solusi dari permasalahan global khususnya polusi mikroplastik dapat teratasi dengan pemanfaatan limbah yang tak terpakai seperti daun nanas.
Selain itu, keduanya mengharapkan inovasi yang diciptakan dapat menjadikan masa depan yang lebih sehat, berkelanjutan, dan bermakna.
"Mari jadikan ilmu, kepedulian, dan semangat inovasi sebagai bekal untuk menciptakan masa depan yang lebih sehat, berkelanjutan, dan bermakna dimulai dengan secangkir teh kantong yang lebih aman," ujar Dea.
