Jakarta (ANTARA) - Ontel bukan hanya sekedar ontel, namun ternyata kendaraan ini juga memiliki nilai bagi sekitar.
Menyusuri gang-gang sempit RW 01 Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan dibalik itu ternyata ada satu misi mulia, yakni menjemput pasien tuberkulosis (TBC) agar tidak putus berobat.
Bagi Kelurahan Pela Mampang, ONTEL merupakan singkatan dari Ojek Pasien TBC yang Telat Ambil Obat. Inovasi ini tak lepas dari strategi untuk mewujudkan Kampung Siaga TBC yang tengah digencarkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
ONTEL ini hanya singkatan, sebetulnya mereka menggunakan sepeda motor untuk bisa menjemput pasien secara sukarela.
Nantinya layanan antar-jemput ini langsung mendatangi pasien yang membutuhkan lantaran terhalang jarak maupun biaya transportasi untuk bisa mendapatkan obatnya.
Salah satu kader TBC Kelurahan Pela Mampang, Yamiyati mengatakan pihaknya siap mengantar jemput pasien jika dihubungi mereka melalui nomor WhatsApp yang tersedia.
Gratis tanpa biaya, pasien yang memiliki keterbatasan bisa menunggu di rumah sembari dijemput. Layanan ini bisa diakses sesuai jadwal pemeriksaan pasien.
Menurut Yati, respon pasien sangat baik dan merasa terbantu karena pasien yang tidak punya akomodasi akan dengan mudah menjangkau layanan kesehatan ataupun mendapatkan obatnya.
Tak hanya antar jemput pasien, RW ini juga mendorong program bedah rumah untuk pasien TBC yang membutuhkan perbaikan rumah agar memenuhi standar kesehatan. Program ini bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bazis Jakarta Selatan.
Dikatakan satu rumah itu terbilang tidak layak dihuni penderita TBC yakni lembap, sempit dan minim ventilasi sehingga dikhawatirkan kurangnya sirkulasi udara maupun cahaya sinar matahari.
Bahkan, saat melaksanakan program bedah rumah pun terlihat kondisi rumah sangat tidak baik dan berbahaya karena kayu-kayu terbilang keropos. Jika salah bergerak, maka akan merobohkan bangunan.
Dengan bedah rumah ini membuktikan pasien TBC tak hanya perlu obat, namun juga memiliki tempat tinggal yang layak huni.
Rumah yang sehat dan layak menjadi faktor penting dalam penanganan TBC karena mampu mencegah penyebaran penyakit dan mendukung proses penyembuhan pasien. Selain itu, juga berdampak bagi anggota keluarga lainnya untuk mendapat tempat tinggal aman dan nyaman.
Kemudian, mereka juga menunjuk duta TBC yang bekerja sama dengan karang taruna RW, melakukan investigasi kontak serumah, memberikan makanan tambahan hingga penyuluhan di setiap posyandu untuk mempercepat target eliminasi.
Tak lupa turut menyediakan hotline Kampung Siaga TB RW 01 untuk melayani pasien yang mengalami kendala psikologis dalam menjalani pengobatan dan efek samping obat yang berat.
Kini, dipastikan warga RW 01 Pela Mampang telah terbebas dari penyakit TBC.
Kegiatan ini menjadikan RW 01 Pela Mampang sebagai wakil Jakarta Selatan dalam lomba Kampung Siaga TB tingkat Provinsi DKI Jakarta pada 2024.
Wujud konkret Pela Mampang memperlihatkan sebuah perjuangan kecil dari kampung yang selalu berpartisipasi dan ingin bermanfaat bagi sekitarnya. Para warganya bisa memiliki harapan baru dengan lingkungannya yang saling mendukung.
Ribuan pasien Jaksel ditangani
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan dapat menular melalui percikan ludah/air liur ke orang sekitar seperti batuk, bersin atau saat berbicara dengan orang lain.
Gejala dan tanda seseorang menderita TB, yaitu gejala pernapasan batuk lebih dari 14 hari dan beberapa gejala di luar pernapasan, yakni keringat malam, demam, lemas, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
TB dapat disembuhkan asalkan bisa terdeteksi secara dini dan penderita TB melakukan pengobatan dengan benar.
Yang harus dilakukan oleh keluarga atau kontak erat pasien TB, yaitu melakukan investigasi kontak (skrining kesehatan) yang bisa dilakukan oleh puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan telah menangani sebanyak 4.423 pasien Tuberkulosis (TBC) di wilayah tersebut sejak Januari hingga Mei 2025.
Angka ini diharapkan semakin menurun jika dibandingkan dengan jumlah kasus TB di Jakarta Selatan tahun 2024 yang mencapai sebanyak 13.250 kasus.
Kemudian, pada tahun 2024 telah terbentuk 65 "Kampung Siaga TB" yang tersebar di seluruh kelurahan di Jakarta Selatan (Jaksel).
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan (Sudinkes Jaksel) membidik sebanyak 130 Kampung Siaga Tuberkulosis (TBC) terbentuk pada 2025 dalam upaya mewujudkan Jakarta yang lebih sehat.
Kampung Siaga TBC diinisiasi minimal satu RW per kelurahan sesuai Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 28 Tahun 2018 tentang Penanggulangan Tuberkulosis (TB).
Adapun regulasi tingkat kota tercantum pada Instruksi Wali Kota Nomor e-0072/2024 tentang Percepatan Penanggulangan TB Kota Administrasi Jakarta Selatan.
DKI Jakarta menargetkan penemuan 70.387 kasus pada tahun 2025. Salah satu inovasi terbaru adalah pembentukan 274 Kampung Siaga Tuberkulosis pada tahun 2024 dan akan dikembangkan hingga menjadi 500 Kampung pada tahun ini.
Kata "Siaga" bukan menandakan kedaruratan terhadap kasus TBC, melainkan kewaspadaan warga untuk mencegah lingkungannya ditemukan kasus.
"Kampung Siaga TB" merupakan upaya untuk pengendalian TB berbasis kewilayahan. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mendorong komunitas yang paling kecil di masyarakat, yakni RW untuk memiliki kesadaran menjaga wilayahnya supaya tetap sehat dan bebas dari TB.
Penting adanya ruang untuk membangun kesadaran masyarakat, menghapus stigma dan menumbuhkan empati terhadap para penderita maupun penyintas TB.
Peran RT, RW, dan aparatur kelurahan sangat diperlukan untuk menjadi garda terdepan menumbuhkan kesadaran serta kepedulian warga terhadap penyakit TBC.
Tahun Anggaran 2025 diusulkan alokasi sebesar Rp65 miliar untuk penanganan TBC. Selain itu, juga masih ada bantuan pembiayaan dari Global Fund sebesar Rp9,1 miliar.