Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq menekankan penguasaan teknologi harus diiringi dengan nilai-nilai tanggung jawab, etika, dan rasa aman.
Dalam pernyataan tertulis di Jakarta pada Jumat, ia menyampaikan penekanan tersebut saat membuka Training of Trainer (ToT) Calon Pengajar Koding dan Kecerdasan Artifisial untuk Guru Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Gelombang Ketiga.
Kegiatan itu merupakan bagian dari langkah strategis pihaknya dalam mempercepat transformasi pendidikan digital yang inklusif, etis, dan bertanggung jawab.
“Yang terpenting bukan sekadar bikin gim atau program. Tapi bagaimana anak-anak kita mengembangkan soft skills: tanggung jawab, etika, dan rasa aman dalam menggunakan teknologi,” kata Wamen Fajar.
Baca juga: Pendidikan nonformal kurangi angka putus sekolah
Baca juga: Pemerintah komitmen pendidikan berkeadilan
Ia menyebutkan masyarakat Indonesia tergolong paling optimistis terhadap perkembangan Kecerdasan Artifisial secara global.
Namun demikian, Fajar mengingatkan agar optimisme itu tidak membuat masyarakat lalai.
“Kalau tidak dibekali nilai, teknologi bisa jadi ancaman dehumanisasi. Kecerdasan Artifisial ini ibarat pisau bermata dua, satu sisi mempunyai kontribusi positif dalam memudahkan pekerjaan, dan satu sisi gelapnya yang perlu diantisipasi,” imbuhnya.
Dalam pandangannya, konsep digital citizenship harus menjadi nilai utama dalam pendidikan teknologi masa depan.
Baca juga: Wamendikdasmen Fajar Riza apresiasi kebijakan tidur siang SDIT Al Falah Sukabumi
Fajar juga menyatakan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan sekolah agar digitalisasi pendidikan berjalan efektif dan merata.
Ia menyoroti peluncuran program Hasil Terbaik Cepat (HTC) oleh Presiden RI sebagai tonggak awal transformasi itu.
“Tanpa lompatan besar, kita tidak akan sampai ke Indonesia Emas 2045. Salah satu lompatan itu adalah memperkenalkan koding dan kecerdasan artifisial sejak dini,” katanya.