Jakarta (ANTARA) - Hari Raya Idul Fitri dimaknai sebagai hari pengembalian ke fitrah manusia, fitrah yang suci, tanpa dosa, bersih, penuh cinta dan kasih sayang.
Selaras dengan konsep asal muasal manusia yang ketika masih bayi adalah suci bersih tanpa noda; kemudian setelah menapakkan kaki ke dunia nyata, bayi yang suci tersebut seiring waktu akan bergelimang dengan dosa dan kesalahan.
Hal tersebut disampaikan H N. Rudyanto Dharmawan, SH Ketua Satkar Ulama Kota Administrasi Jakarta Barat kepada wartawan, Sabtu, (29/3)
“Maka, di Hari Raya Idul Fitri ini sudah sepantasnya, dengan segenap hati kita dapat saling memaafkan; Sekaligus memohon ampunan kepada Allah SWT, atas segala khilaf dan dosa yang telah memberikan warna kelam dalam hidup kita.” ucap Bang Moo panggilan akrab N Rudyanto Darmawan.
Menurut Bang Moo, bahwa fitrah manusia yang suci dan memiliki potensi untuk menebar kebaikan selaras dengan ajaran Nya, agar manusia dapat senantiasa berbuat kebaikan dan mewujudkan kehidupan yang menjamin ketentraman dan keselamatan bagi seluruh penduduk bumi ini.
Maka, sudah menjadi tugas manusia untuk saling memaafkan dan berbuat baik kepada sesama demi terciptanya kehidupan yang penuh dengan kedamaian.
“Moment hari Raya Idul Fitri diharapkan mampu menjadi titik persatuan atas segala perbedaan, termasuk perbedaan pendapat, dan perbedaan pilihan politik pada Pilkada Daerah Khusus Jakarta 2024, kemudian persatuan itu menjadi modal utama dalam penyelenggaraan pembangunan di DKJ di bawah kepemimpinan Gubernur Pramono Anung” tukas Bang Moo yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Partai Golkar Kota Adm Jakarta Barat.
Makna memaafkan, lanjut Bang Moo, yang disadari dengan benar akan mengantarkan manusia pada langkah perdamaian yang mampu menyatukan perbedaan.
Bang Moo juga menegaskan bahwa Di Hari nan Fitri, sebaiknya dapat menjadi refleksi dan saling mengevaluasi diri, agar mampu menemukan titik terang dalam menghadapi segala bentuk permasalahan, konflik, tantangan, hambatan dan sebagainya di masa kini maupun di masa mendatang, terutama dalam perhelatan Pembangunan demi terwujudnya kesejahteraan bersama yang berkeadilan sosial.
“Untuk membentuk sikap dapat saling memaafkan dan kemudian menjalin menjadi semangat persaudaraan yang kuat sebagai sesama warga Jakarta, memang bukan hal yang mudah, upaya tersebut membutuhkan proses melalui pendekatan persuasif, psikologis, historis dan bahkan pendekatan religius, serta tentunya pendekatan ideologis Pancasila, yang merupakan konsensus nasional dan mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.” Tandas Bang Moo.
Selain itu, Bang Moo juga mengingatkan bahwa Hari Raya Idul Fitrii bukan hanya menampilkan pakaian baru, sarung baru dan baju koko baru, tapi utamanya adalah penampilan baru sebagai manusia, makhluk Tuhan YME, Allah SWT agar dapat lebih baik tingkat keimanan kepada Yang Maha Kuasa, dan berperilaku lebih baik terhadap sesama manusia.
“Oleh karena itu, mari kita jadikan momentum 1 Syawal 1446 H untuk menyelesaikan masalah yang menghambat terjalinnya keharmonisan hubungan, dan terus menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh komponen warga Jakarta agar terwujud langkah yang sama dalam membangun dan memajukan Kota Jakarta sebagai kota berkarakter religius," pungkas Bang Moo.
Idul Fitri momentum kembalinya harmonisasi kehidupan warga Jakarta
Sabtu, 29 Maret 2025 11:28 WIB

H N. Rudyanto Dharmawan, SH Ketua Satkar Ulama Kota Administrasi Jakarta Barat (ANTARA/ Foto: Istimewa)