Kuala Lumpur (ANTARA) - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim merencanakan pembangunan sekolah dan rumah sakit di Jalur Gaza bekerja sama dengan pemerintah Jepang melalui Yayasan Wakaf Malaysia di wilayah kantong Palestina itu.
Berbicara dalam acara Peluncuran Bulan Wakaf Nasional 2025 yang diikuti secara daring di Kuala Lumpur, Kamis, Anwar mengatakan Malaysia sebelumnya telah pun mengumumkan rencana pembangunan Yayasan Wakaf Malaysia di Gaza bersama beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Awalnya, fokus dengan rencana membangun kota kecil di sana. Namun, menurut Anwar, akan lebih pragmatis kalau membangun masjid, sekolah dan rumah sakit terlebih dulu.
Untuk sekolah dan rumah sakit, Malaysia akan bekerja sama dengan Jepang mengingat dirinya telah berbincang dengan PM Jepang Ishiba Shigeru. Kedua pihak setuju untuk mengambil inisiatif merekonstruksi Gaza bersama dengan Malaysia, katanya.
“Dengan Jepang tentunya sekolah dan rumah sakit. Untuk kita, masjid,” ujar Anwar.
Menurut Anwar, program itu terkait dengan kemanusiaan, "soal hak asasi manusia, soal kezaliman, soal penjajahan. Dan persoalan itu bukan harus ditangani hanya oleh umat Islam".
Malaysia dan Jepang telah mencapai kesepakatan untuk menyegerakan pembangunan kembali Gaza berdasarkan inisiatif Konferensi Kerja Sama Negara-Negara Asia Timur untuk Pembangunan Palestina (CEAPAD) dengan membentuk dana khusus mendukung pembangunan kembali wilayah-wilayah yang terdampak oleh perang genosida Israel.
Jalur Gaza akhirnya menyambut tahun ajaran baru setelah gencatan senjata pada Januari 2025 secara sementara mengakhiri agresi Israel selama 16 bulan sejak Oktober 2023, demikian menurut otoritas pendidikan setempat.
Dalam pernyataan Kementerian Pendidikan di Gaza, Minggu, siswa-siswa akan kembali bersekolah "di gedung sekolah-sekolah yang masih utuh, yang sudah direnovasi dan peralatannya sudah disiapkan, atau di sekolah-sekolah alternatif dan titik-titik pendidikan yang ada di berbagai daerah."
Kementerian juga akan mengupayakan pengadaan kelas daring bagi siswa-siswa yang masih belum bisa mengikuti pembelajaran di sekolah "untuk memastikan mereka tetap melanjutkan pendidikannya."
Meski demikian, kementerian mengakui bahwa tahun ajaran baru di Gaza "dimulai di tengah kehancuran besar dan kekurangan sumber daya yang amat parah."
Kementerian pun mendesak organisasi HAM untuk menekan Israel supaya mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan yang dapat menunjang aktivitas pendidikan di Gaza.
Menurut data otoritas Palestina, 85 persen dari seluruh sekolah di Gaza tak bisa beroperasi karena hancur dibom rezim zionis biadab Israel.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Warga Gaza sambut tahun ajaran baru
Baca juga: Palestina sebut Israel melanggar hukum internasional atas pemboman sekolah di Gaza
Baca juga: 95 persen infrastruktur rumah sakit di Jalur Gaza hancur